Berita

PSB

Jihad Santri di Era Modern

DSCN0036

Jihad pada masa awal perkembangan agama Islam menjadi salah satu penopang utama berkembangnya ajaran agama Islam. Pada masa Madinah, ketika kaum Muslimin sudah menjadi komunitas yang kuat, umat Islam sudah berani untuk berjihad melawan kaum kafir yang mencoba menyerang kaum muslimin. Hal ini berbeda dengan periode Mekkah, kala itu umat Muslimin masih sangat sedikit sehingga harus berjuang dan bertahan dibawah tekanan kaum kafir tanpa bisa melawan.

Melihat dari sisi Sosio-historis Arab pada masa Rasulullah saw, berjihad dengan cara berperang tentu merupakan metode yang harus diambil demi menjaga dan menyebarkan ajaran Islam. Berperang pada masa itu merupakan hal yang “wajar”. Karena memang kenyataannya lingkungan geografis di arab membentuk sifat orang-orang arab menjadi keras, sehingga  mereka terbiasa untuk berperang demi  bertahan hidup atau sekedar menyelesaikan masalah. Namun, pada hakikatnya, jihad bukanlah berperang, akan tetapi jihad lebih tepat jika diartikan sebagai berjuang dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam menegakkan ajaran agama islam.

Nabi Muhammad pernah menjelaskan pada sahabatnya bahwa perang hanyalah jihad yang kecil, dan jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang lebih besar. Maka salah besar jika makna jihad dipersempit hanya pada peperang melawan orang-orang kafir. Atau bahkan diartikan dengan melakukan pengeboman dan meneror orang lain. Sebagaimana yang diyakini kaum “sumbu pendek” yang akhirnya malah menyebarkan terror dan kebencian atas nama umat Islam.

Sedikit berbeda dengan pada masa Rasulullah saw, pada masa awal kemerdekaan juga menjadi momen berjihadnya bangsa Indonesia, khususnya kaum santri. Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh kaum pesantren pada 22 oktober 1945 menjadi bukti nyata peran santri dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Wujud nyata nasionalisme para santri dalam berjuang membela indonesia dari para penjajah.

Sudah seharusnya bagi santri untuk tetap melaksanakan jihad sebagaimana yang sudah dilakukan oleh para santri terdahulu, baik pada zaman rasulullah ataupun pada masa perjuangan melawan penjajah. Akan tetapi jihadnya santri di masa sekarang ini tentu berbeda dengan jihad yang sudah dilakukan oleh umat terdahulu. Lalu bagaimanakah jihad bagi santri di era modern ini?

Berbagai hal yang dapat dilakukan oleh umat islam, khususnya kaum santri, sebagai bentuk manifestasi jihad di era mdern ini. Diantaranya

  1. Jihad sosial, yaitu jihad yang garapan pokoknya perbaikan sosial, termasuk pemberdayaan ekonomi masyarakat kurang mampu.
  2. Jihad kultural, yaitu jihad melestarikan budaya keagamaan yang telah ada dan mendekatkan beragam dimensinya sehingga lebih mudah di terima dan di amalkan masyarakat , tanpa mengurangi esensi inti ajaran islam, khususnya ujntuk orang-orang yang baru bertaubat tau baru mengenal islam.
  3. Jihad spiritual, yaitu jihad yang mendorong pengamal agama untuk memperbaiki kualitas ibadah mereka dengan perenungan, tadabbur dan tafakkur. Dengan tujuan agar tidak ada kesombongan dalam beragama.
  4. Jihad pengetahuan, yaitu jihad membangun dasar argumentasi yang kuat untuk melindungi karakter beragama kita yang menghargai keragaman. Untuk itu dibutuh kan bangunan argumentatif yang kuat, hkusus nya dalam menghadapi penyebaran berita bohong di media sosial.
  5. Jihad peradaban, yaitu jihad yang arahnya menciptakan masyarakat yang beradab atau harmonis, saling menghormati dan menghargai meski berbeda-beda.

Lima poin diatas merupakan sebagian kecil dari penerapan jihad secara kontekstual untuk era modern ini. Karena sejatinya jihad adalah melakukan segala hal dengan bersungguh sungguh demi menegakkan agama Islam. Maka, ada banyak hal yang dapat dilakukan dengan niat melakukan jihad. bagi santri, tentu ngaji lan ngabdi merupakan bentuk jihad yang utama bagi para santri. Selain itu, menulis kerya-karya yang bermanfaat, membagikan konten bermanfaat di media sosial, menulis status yang bermanfaat di Facebook ataupun Twitter dan lain sebagainya juga bisa menjadi bentuk jihad bagi santri di era modern. (Sie. Pend-red)