Be-songo.or.id

Bijaksana Memilih Pimpinan

Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag

Hari ini, bangsa Indonesia menggelar pesta demokrasi untuk memilih pimpinannya 5 tahun ke depan. Prabowo Subianto-Hatta Radjasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi figur penting yang diharapkan menyelesaikan problematika bangsa. Ke-empat orang tersebut memiliki keistimewaan dan kualitas yang tinggi. Semuanya memiliki rekam jejak memimpin yang hebat, memikirkan rakyat, mensejahterakan rakyat, bercita-cita membangun bangsa ini menjadi bangsa terhormat.

Rakyat Indonesia menghormati dan mencintai mereka semua. Hasil survey misalnya, membuktikan mereka mendapatkan dukungan rakyat, elektabiltas dan popularitas yang tinggi dan berimbang. Melalui proses demokratis dilakukan pemilihan secara bersama-sama. Siapa saja yang dianggap dipercaya oleh sebagian besar rakyat, maka merekalah yang berkesempatan memperbanyak ladang pahala mengantarkan kedamaian bangsa ini.

Al-Quran menjelaskan bahwa pada dasarnya kepemimpinan itu bukan sekedar kontrak sosial antara pemimpin dengan rakyatnya, akan tetapi lebih dari itu, kepemimpinan merupakan jalinan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Q.S. al-Baqarah/2:124, “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim”.

Ayat ini menjelaskan bahwa kepemimpinan sebenarnya merupakan amanah yang diemban oleh orang-orang yang layak dan berkompeten. Memilih itu bukan sembarangan, tetapi mesti dipertimbangkan plus-minus, dampak dan manfaatnya. Memilih pada dasarnya menjatuhkan kepercayaan kepada yang terbaik diantara pilihan yang ada. Karena, tidak mungkin memilih orang yang sempurna. Sama seperti ketika memilih calon istri atau suami, tidak akan pernah didapatkan seorang calon suami-istri yang sempurna di dunia ini.

Demikian halnya dengan calon pemimpin, mereka itu tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang tidak punya cacat atau kelemahan. Manusia sesungguhnya adalah tempat salah dan khilaf. Hanya Nabi dan Rasul sajalah yang terjaga dari kesalahan. Karena itu Nabi atau Rasul bukan dipilih manusia, tetapi ditentukan oleh Sang Maha Memilih.

Al-Qur’an menceritakan, ketika pengangkatan Nabi Yusuf sebagai bendahara kerajaan Mesir, Allah mengapresiasi karakter Nabi Yusuf dengan makin (otoritatif), amin (amanah), hafidz (komitmen) dan alim (kapasitas). QS. Yusuf/12: 54-55 menyatakan: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi amanah pada sisi kami”. Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.

Seorang pemimpin dituntut untuk bertindak dan berprilaku adil. Keadilan itu lawan dari dhalim, lawan penindasan dan lawan dari kasih sayang. Karena itu keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan, terutama saat pengambilan keputusan. QS. Shad/38: 22 menyatakan : “Wahai Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu”.
Masa kampanye telah berakhir. Saling menyalahkan, mengejek, menyindir, merendahkan dan menghina telah menjadi warna kampanye pilpres ini. Kampanye negatif itu sebetulnya menggamparkan kualitas bangsa ini yang seolah-olah penuh dengan kekurangan, sepertinya bangsa ini menjadi buruk dan jelek.

Sebagai bangsa yang besar seharusnya melaksanakan proses pemilihan dengan jiwa besar, terbuka damai, saling menghargai dan menghormati siapapun. Meraih kemenangan harus dilalui dengan santun dan terpuji. Indonesia akan menjadi besar, bukan semata karena kebesaran pemimpinnya, melainkan justru karena kebesaran rakyatnya. Negeri ini akan hebat, jika seluruh rakyatnya juga hebat, mampu menjaga tradisi santun, semangat damai dan menjaga toleransi. Dengan demikian, tugas utama bangsa ini bukan saja memilih orang istimewa, akan tetapi juga menjadikan rakyat menjaga kualitas istimewa, dengan cara senantiasa menjaga persaudaraan, kebersamaan, keutuhan dan kedamaian. Semoga Allah, Tuhan yang Maha Memberi dan Maha Membimbing, menganugerahkan kepada bangsa besar ini, pemimpin yang benar-benar berjiwa besar, takwa kepada Allah dan menyintai rakyatnya. Amin.[]

*Penulis adalah Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah: Dosen Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang