Sabtu pagi, seperti biasa dilaksanakan pengajian tafsir maudhu’i (tematik) di Mushola Raudhotul Jannah – Perumahan Bank Niaga, Ngaliyan, Semarang oleh Prof. Dr. KH. Imam Taufiq (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo). Pada kajian kali ini secara kebetulan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017, sehingga tema yang diambil juga mengenai semangat juang pemuda. Dalam hal ini, penulis yang mengikuti kajian tafsir tematik tersebut memberikan catatan untuk bisa diambil pelajaran. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh beliau abah Imam -sapaan para santri- pengajian kali ini berjudul “Komitmen Serta Karakter Seorang Pemuda menurut surat al-kahfi ayat 13-14”.
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami meneguhkan Qalbu mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS Al-Kahfi [18]: 13-14).
Dari sini Allah mengawali penuturan sekaligus penjelasan tentang kisah Ashabul Kahfi, Allah menarasikan bahwa mereka adalah golongan anak-anak muda. Mereka mau menerima kebenaran dan lebih lurus jalannya daripada generasi tua yang terjerumus dan tenggelam dalam agama yang bathil. Oleh karena itu, kebanyakan orang-orang yang memenuhi seruan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya adalah kaum muda. Sedangkan generasi tua dari kalangan kaum Quraisy secara umum lebih memilih untuk tetap memeluk agama mereka dan tidak ada dari mereka yang memeluk Islam melainkan hanya sedikit saja.
Para pemuda yang termasuk dalam kelompok Ashabul Kahfi adalah orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan keimanan mereka. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah pengikut Nabi Isa yang mengikuti petunjuk kitab Injil, tetapi adapula yang mengatakan pengikut nabi lain. Tetapi seperti yang diterangkan dalam Al-Qur’an, dapat dikatakan bahwa Ashabul Kahfi adalah termasuk sekelompok pemuda yang sengaja diadakan untuk menampilkan adanya kebangkitan dan kehidupan kembali pada hari kiamat.
Karena semua gerak-gerik kebangkitan dan kehidupan kembali terjadi dalam waktu yang sempit dan di tempat yang sempit, maksudnya di dalam tanah dan kejadian tersebut akan berulang kembali pada waktu yang akan datang. Jika kita menghitung jumlah mereka, maka Al-Qur’an menolak bahwa jumlah mereka hanya tiga orang. Demikian pula, Al-Qur’an tidak menyebutkan secara pasti jumlah mereka apakah lima orang ataukah tujuh orang dan dengan anjingnya menjadi delapan.
Yang perlu kita perhatikan dalam ayat di atas adalah penyebutan jumlah Ashabul Kahfi tujuh orang, kemudian disebutkan bahwa Athaf‛ yang mempunyai arti delapan dengan anjing mereka. Sebagai isyarat bahwa manusia dan anjing tidak bisa dikumpulkan menjadi satu. Andai kata anjing milik Ashabul Kahfi dapat dimasukkan ke dalam surga, seperti yang disebutkan dalam sebuah riwayat, tetapi manusia akan dimasukkan ke dalam surganya sendiri dan anjingnya akan dimasukkan ke dalam surganya sendiri.
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS Al-Kahfi, 13) Firman Allah di atas mengisyaratkan bahwa para pemuda Ashabul Kahfi adalah termasuk para pemuda pemberani untuk mempertahankan keimanan mereka, pemikiran mereka dan kepribadian mereka. Mereka adalah orang-orang yang teguh imannya, sehingga mereka berani melanggar aturan pemerintah yang melarang mereka meyakini agama tauhid.
Meskipun jumlah mereka sedikit, tetapi keimanan mereka tetap teguh kepada Allah, sehingga Allah menambah petunjuk kepada mereka atas petunjuk yang sudah ada di qalbu mereka masing-masing dan mereka dijadikan sebagai pemuda-pemuda yang teguh keimanannya.
Seperti yang disebutkan dalam firman Allah berikut: “Dan Kami meneguhkan qalbu mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (QS Al-Kahfi, 14) Mereka diberi keteguhan iman oleh Allah, sehingga mereka dapat mengingat Allah dalam setiap saatnya dengan memperbanyak dzikir demi untuk mencari ridha Allah.
Diakhir, Abah Imam memberi kesimpulan bahwa Seorang pemuda harus memiliki Karakter yaitu 1) Seorang pemuda harus memiliki iman yang kuat dan selalu tetap teguh kepada Allah 2) Seorang pemuda senantiasa memberi petunjuk, yakni memberi masukan dan solusi dalam urusan apapun termasuk dalam berbangsa dan bernegara 3) Seorang pemuda harus selalu berinovasi serta berkarya. “Kesuksesan Seseorang itu tidak datang dengan “ujug-ujug” tiba-tiba, kesuksesan seseorang dibangun sejak masa muda mereka” tutur Abah Imam. Wallahu A’lam Bisshowab.
| M. Nur Mukhayya | Penulis adalah santri Besongo Asrama B17 |