Besongo.or.id – Semarang, “……..barang siapa bertawakal kepada Allah SWT niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu,” (Q.S At-Thalaq: 2-3).
Penggalan ayat tersebut disampaikan oleh KH Imam Taufiq, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo. Beliau menyampaikan keistimewaan ‘Ayat Seribu Dinar’ itu dalam kajian Subuh rutin, Sabtu (09/04/2022). Bertempat di Masjid Raudlatul Jannah Ngaliyan, Kota Semarang.
Beliau menjelaskan, tawakal kepada Allah artinya berserah diri kepada-Nya. Menyerahkan sepenuhnya keberhasilan usaha kepada-Nya. Setelah ia berusaha dan memantapkan satu ikhtiar, barulah ia bertawakal.
Bukanlah tawakal namanya apabila seseorang menyerahkan keadaannya kepada Allah tanpa usaha dan ikhtiar. Berusaha dan berikhtiar dahulu, baru bertawakal menyerahkan diri kepada Allah SWT.
“Jika ada orang yang mengaku bertawakal namun sebelumnya tidak berusaha dan ikhtiar, maka itu bukanlah disebut tawakal, tetapi orang yang berputus asa,” tutur Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Walisongo Semarang tersebut.
Asbabun Nuzul
Ayat ini dalam banyak versi disebutkan. Asbabun nuzul (sebab turunnya) dari ayat ini, ketika ada seseorang dari masyarakat Arab dari Madinah yang bernama Auf bin Malik Al-Asyja’i orang yang takut terhadap musuhnya, dan mengadukan masalah anaknya kepada Nabi Muhammad Saw.
Lalu Auf bin Malik Al-Asyja’i mendatangi Nabi Muhammad Saw, yang kemudian Auf bercerita dan mengadu kepada Nabi Muhammad Saw. Bahwa anaknya sedang ditawan musuh, sedang ia tidak memiliki apa-apa untuk menebusnya. dan anaknya banyak yang kesemuanya memberatkan.
Kemudian Nabi Saw berkata kepada Auf, “Bertakwalah kepada Allah, sabarlah! Dan perbanyak-banyaklah mengucapkan kalimat laa haula wa laa quwwata illabillah.”
Kalimat laa haula wa laa quwwata illabillah yang artinya ‘tidak ada daya upaya, tidak ada kekuatan, tidak ada kemampuan kecuali dari Allah SWT.’ ini kemudian menjadi resep bacaan ketika seseorang mendapat musibah. Sehingga orang tersebut bisa tenang hatinya ketika tertimpa musibah, karena ia kembali ingat ada Allah yang mengatur semuanya dan hanya Allahlah yang memberinya kekuatan.
“Resep ini dari Nabi Saw loh, Nabi yang mengijazahkan bukan dari saya, saya hanya membacanya,” imbuh KH. Imam Taufiq.
Setelah Auf bin Malik menjalankan sabda Nabi dengan semampunya, tiba-tiba anaknya yang ditawan sudah datang ke rumah, dan musuh-musuhnya sudah melupakannya. Dan ia diberi rezeki Anaknya pulang membawa 1000 kambing yang diserahkan kepada Nabi Saw.
Hal inilah yang terjadi jika seseorang sudah bertawakal, bersabar, dan meyakini kalimat laa haula wa laa quwwata illabillah.
“Dari asbabun nuzul itu, kemudian banyak orang yang menyebut ayat ini sebagai Ayat Seribu Dinar. Karena ayat ini bisa menjadi kunci terbukanya kunci rezeki,” pungkas Rektor UIN Walisongo tersebut.
Reporter: A. Haris Sadullah