Be-songo.or.id

Bedah Buku “Greendeen” Menginspirasi Santri

Pondok Pesantren Darul Falah Besongo mengadakan bedah buku bersama Ahmad Fauzan Hidayatullah, M.Si seorang pakar lingkungan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang dan M. Lutfi Rahman, MA seorang dosen Jurusan Studi Agama-Agama UIN Walisongo Semarang. Buku yang dibedah pada Minggu, 16 September 2018 yaitu berjudul “Greedneen; Inspirasi Islam dalam Menjaga dan Mengelola Alam”. Ditulis oleh Ibrahim Abdul-Matin diterjemahkan oleh Aisyah; penerbit : Zaman, Jakarta; cetakan: I, 2012; tebal buku 318 halaman; ISBN: 978-979-024-319-4. Penjelasan mengenai “Agama Hijau” (Greendeen) adalah agama yang menuntut manusia untuk menerapkan Islam seraya menegaskan hubungan integral antara keimanan dan lingkungan (seluruh semesta).

Menurut Ibrahim Abdul Martin ada 6 prinsip dasar agama hijau yaitu:
1. Memahami kesatuan Tuhan-Tuhan ciptaannya (Tauhid)
2. Melihat tanda-tanda (Ayat) Tuhan di mana saja
3. Menjadi penjaga di bumi (Khalifah)
4. Menjaga kepercayaan Tuhan (Amanah)
5. Menegakkan keadilan (‘Adl)
6. Menjalani kehidupan yang selaras (Mizan).

Tujuan pokok dalam buku “Greendeen” ialah membangun harmoni antara kedalaman spiritual dan kesadaran terhadap lingkungan.”Wakil Tuhan” menjaga dan merawat bumi sebagai konsekuensi logis telah dipercaya untuk mendiaminya. Konsep tersebut menuntun kita untuk menerapkan Islam seraya menegaskan hubungan integral antara keimanan manusia dengan lingkungan alam karena manusia, Tuhan dan alam tidak dapat dipisahkan.
Buku ini menyuguhkan tema utama permasalahan lingkungan saat ini, yaitu: limbah, energi, makanan dan air. Masing-masing bagian menyajikan masalah dan menawarkan solusi yang terinspirasi dari ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi. Bagian-bagian tersebut mendukung prinsip “Agama Hijau”, serta dari para individu muslim yang hidup dengan prinsip tersebut.

Buku “Greendeen” mengajak kita dalam mengingatkan bagaimana untuk memanfaatkan alam, lingkungan dan tempat yang diciptakan Tuhan.Dengan tujuan untuk beribadah dan menjaga sikap sesama manusia untuk melestarikan alam seperti masjid. Islam adalah jalan hidup yang secara spiritual bergizi dan secara intelektual koheren. Sederajatnya manusia hidup di atas bumi ini sebagai nurani yang merupakan akal budi. Artinya bahwa kita harus memiliki hubungan dengan manusia, Tuhan dan alam yang merupakan tiga dimensi yang kalah oleh siapapun di bumi ini.

Dalam diskusi bedah buku, pemateri memaparkan dampak manusia terhadap lingkungan seperti limbah, penggunaan energi, penggunaan botol plastik seperti botol, kaleng minuman dan sedotan plastik. Akibatnya, terjadi banyak bencana dibelahan dunia yang membuat semua orang prihatin. Salah satunya Indonesia merupakan negara yang memilki banyak hutan seperti di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan namun jumlah kebakaran hutanpun sangat besar. 27% tanaman Anggrek berada di Indonesia namun karena ketidaksadaran warga negara Indonesia sendiri, tanaman-tanaman endemik itu pindah tangan ke negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. 150.000 hektar hutan berubah menjadi tanaman sawit, 1 dekade terakhir 1,8 juta hutan hilang. 136 species Cenderawasih (Bird of Pradise) di Papua sudah punah. Semua itu cukup untuk membuktikan bahwa alam sedang mengalami kerusakan, penyebabnya adalah tindakan manusia yang mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan.

Pesan yang disampaikan oleh narasumber yaitu kita harus menghemat penggunaan listrik dan jaga alat elektronik agar tetap terjaga dengan cara jangan menancapkan charger ke steker dan tidak sambung laptop atau Hp akan menghilangkan sedikit demi sedikit carbon yang terkandung dalam kabel charger tersebut per 1 jam. Manusia telah mengeluarkan 596 kg CO2 per tahun. Oleh karena itu umat manusia dianjurkan oleh agama untuk melakukan larangan merusak lingkungan dan barang yang dijaga (lingkungan alam) selayaknya diri sendiri. Kerusakan alam disebabkan oleh manusia yang masih menuruti hawa nafsunya. Manusia selayaknya Khalifah fiil ardh yang menjaga alam.

Ilmu disiplin terhadap- lingkungan lebih menekankan apa yang umat “Geendeen” rusak terhadap bumi ini. Pelestarian terhadap lingkungan bagaimana upaya yang “Greendeen” lakukan untuk lingkungan alam. Tanpa lingkungan yang indah akan berpengaruh pada kehidupan, begitupun manusia tanpa Tuhan hanya mimpi belaka.

Menurut narasumber M. Lutfi Rahman, MA seorang Dosen Studi Agama-Agama UIN Walisongo Semarang. Islam di Amerika mengalami probiasi (agar ditakuti) karena tragedi pengeboman WTC dibuat kakbah yang dibangun ke bawah sebagai simbol menentang terorisme. Buku “Greendeen” ini menggambarkan pengalaman hidup Ibrahim Abdul-Matin dan muslim di Amerika dalam mengamalkan “Agama Hijau”. Penulis juga mempunyai lembaga untuk anak-anak atau pemuda berkulit hitam untuk bergerak dalam hal penghijauan (Greendeen) dan menjadikan seluruh bagian bumi menjadi masjid kecuali tempat terlarang karena itu lingkungan harus kita jaga karena seluruh bumi ini adalah masjid. Unity Of Nature kebersamaan dan rasa memiliki terhadap alam. Selain itu warga negara Amerika, buku ini juga dapat memberikan inspirasi dan membuka horizon dalam mengelola alam di negara-negara berkembang atau mayoritas beragama islam, seperti Indonesia.

M. Lutfi Rahman, MA memberikan kritik pada buku “Greendeen” yaitu penulis membeikan contoh green mosqued namun hanya 3 green mosqued yang disebutkan yaitu di Singapura, Abu Dhabi dan Inggris. Tiga sampel masjid yang dibahas dalam buku “Greendeen” kurang cukup sebaiknya lebih dari tiga sampel. Terdapat kata Kosher yakni makanan halal istilah orang yahudi dan dalam buku dituliskan konsep American Halal yang berkaitan dengan jaringan bisnis perusahaan besar.

Dalam uraian buku “Greendeen” tidak hanya menawarkan solusi dan alternatif dalam menjaga dan mengelola lingkungan. Buku ini juga menyadarkan kita dari budaya konsumerisme dan dalam urainnya membuktikan bahwa islam memiliki keberpihakan dalam mengupayakan Agama Hijau (Greendeen) yang berkaitan dengan Al-Quran dan Hadits.

Penulis adalah santri Asrama A7; Elvi Khasanah