Be-songo.or.id – Rabu (16/09) Kegiatan TOS (Ta’aruf Orientasi Santri) 2020 Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang melanjutkan agenda acara yang ke-3 yaitu mengenai “Keberkahan Kiai dan Akhlak Santri” yang disampaikan oleh Dr. H. Ahmad Tajuddin Arafat, M.S.I. Beliau merupakan salah satu asatidz Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan dosen di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo Semarang. Penyampaian materi di moderatori oleh Nia Mulyawati, acara berlangsung di asrama B13 Pondok Pesantren Darul Falah Besongo dan diikuti oleh 95 santri baru dan beberapa panitia acara TOS.
Acara ini dimulai pukul 14.00s/d 16.00 WIB. Hal pertama yang disampaikan oleh narasumber adalah “Pesantren itu hampir sama dengan madrasah, universitas ataupun majlis ta’lim yang membedakan ialah hubungan emosi antara kiai dan santri, sangat berbeda dengan guru dan murid, dosen dan mahasiswa atau ustadz dengan jama’ahnya”. Narasumber yang juga mengajar kitab Adabul Alim Wal Muta’allim karya KH. Hasyim Asy’ari, beliau juga menjelaskan bahwa pondok pesantren adalah tiruan dari perilaku Rasulullah SAW dan para sahabatnya pada zaman dahulu.
Penyampaian tema ini tentu sangat bermanfaat bagi para santri baru, selain menuntut ilmu serta mencari keberkahan dari kiai, santri juga diharapkan memiliki adab atau tatakrama terhadap kiai dan sesama santri. Banyak sekali orang diluar sana yang menolak terhadap sikap santri kepada kiainya. Hal itu dianggap berlebihan, seperti halnya mencium tangan kiai secara bolak balik. Padahal perbuatan seperti itu merupakan sebuah penghormatan kepada kiai yang mempunyai banyak ilmu. Relasi antara kiai dan santri itu tidak bisa dipahami sebagai relasi yang absolut. Oleh sebab itu,
Dilanjut dengan penyampaian materi mengenai pentingnya adab seorang santri. Ada beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa adab itu pokok utama dari ilmu “Relasinya yaitu Iman, Adab, Ilmu. Kenapa adab didahulukan? Karena transformasi ilmu itu membutuhkan keridhaan, kenyamanan, dan keterbukaan. Ketika antara santri saling membuka diri sesuai porsinya masing-masing maka transformasi pengetahuan akan mudah masuk. Maka adab perlu didahulukan” terang narasumber.
Saat sesi tanya jawab salah satu santri bertanya, “Apa yang harus dilakukan oleh santri ketika kiainya malah membenci santrinya dan ada permasalahan diantara keduanya?” ucap Silvia yang merupakan salah satu peserta TOS 2020 yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah.
Pertanyaan tersebut mendapatkan respon yang sangat positif dari para peserta yang lain dan juga pemateri. Beliau menjawab bahwa jangan menilai hal itu dari sudut pandang diri sendiri, sebagai santri harus tetap ta’dzim terhadap kiai. “Kita tidak tahu betul isi hatinya, maka dari itu jangan pernah mengukur dan menilai dari sudut pandang kita sendiri. Sebagai santri harus tetap ta’dim dan berkhidmah terhadap kiai serta berhusnudzon lah kepada kiai karena keberkahan itu ada di do’a nya mereka-mereka.” Jelas Ustadz Tajudin Arafat.
Sebelum menutup acara, narasumber juga menyampaikan salah satu statement, “Kenikmatan orang berakal itu berasal dari kecerdasannya, kenikmatan orang alim itu dengan ilmunya, kenikmatan orang yang bijak dan filosuf itu dengan kebijakannya dan keilmuannya itu lebih mulia dibanding dengan kenikmatan orang makan dengan makanannya, kenikmatan orang minum dengan minumnya dan kenikmatan orang tidur dengan tidurnya. Karena apa mereka bisa melakukan apa yang kita lakukan, akan tetapi kita tidak bisa melakukan apa yang mereka lakukan.” Tuturnya.
–
–
–
Reporter : Fahrizal Taufiq Mustofa
Editor : Nia Mulyawati