Be-songo.or.id– Pondok Pesantren Darul Falah Besongo (Dafa) adakan kegiatan TOS (Ta’aruf Orientasi Santri) selama tujuh hari. Pada hari kelima Kamis, (17/9/2020) diisi dengan materi tentang “Membangun Tradisi Pesantren” yang disampaikan oleh Ustad Miftahul Ulum S.Pd.I. Kegiatan ini diselenggarakan di asrama B13 yang diikuti oleh 95 santri baru serta beberapa panitia TOS.
Acara TOS dimulai pukul 14.00 WIB. Ustad Ulum mengawali acara tersebut dengan berbagi pengalaman ketika beliau masih menjadi mahasiswa. Kemudian beliau menjelaskan tentang arti penting membangun tradisi pesantren. “Membangun lebih cenderung pada melestarikan tradisi, tidak membangun dari awal tradisi yang ada di pesantren, karena kita cenderung ikut pada leluhur-leluhur kita, para alim ulama yang telah mendahului tradisi-tradisi yang telah dikenal sebelumnya.” Jelas pemateri yang juga asatidz Besongo.
Ustad Ulum menjabarkan tentang elemen-elemen pesantren, perkembangan fisik pesantren, tipe-tipe santri, dan sebagainya. Tradisi kepesantrenan yang hingga kini masih berlangsung yaitu pembelajaran kitab kuning. Pembelajaran kitab kuning ini tidak hanya dipelajari di pesantren salafi saja, pesantren komprehensif bahkan pesantren modern pun masih menjalankan sistem pembelajaran kajian kitab kuning.
“Kata santri dengan kata pelajar di masyarakat sangat berbeda. Yang namanya santri pasti identik dengan bisa segalanya. Santri harus bisa ketika disuruh tampil di depan umum, harus bisa ketika di tunjuk untuk mengisi ceramah, harus bisa memimpin do’a, dan lain sebagainya.”
Menurut pandangan masyarakat, pelajar dan santri memiliki arti yang berbeda. Pelajar ataupun mahasiswa dikategorikan ketika sudah lulus dari kampus, maka tidak disebut sebagai mahasiswa. Berbeda dengan santri. Tittle santri akan terus melekat meskipun ia sudah lulus dari pesantren.
Untuk mengurangi kejenuhan para peserta TOS, Ustad Ulum menunjukan sebuah video yang berisi tentang pentingnya adab bagi santri. Tak bisa kita pungkiri kekhasan seorang santri yaitu sangat menghormati kiyainya, karena dengan wasilah inilah seorang santri bisa mendapatkan berkah. Seorang santri akan melakukan apapun agar bisa mendapatkan keberkahan ilmu, karena bagi santri keberkahan ilmu dan menjunjung nilai adab itu nomer satu.
“Ilmu kita boleh terbatas, tapi adab tidak boleh terbatas.”
(Ust. Miftahul Ulum, S.Pd.I)
Ustad Ulum kemudian menjelaskan mengenai beberapa tradisi yang seharusnya dipertahankan oleh suatu pesantren. “Paling tidak, ada lima hal yang perlu dilakukan pasantren dalam menjaga tradisi khasnya sesuai jati dirinya, yakni pesantren terus menjaga dan memposisikan sebagai lembaga pengkaderan ulama, pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berbasis agama Islam bahkan menerima ilmu sains dan teknologi, pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagai transformator, motivator dan inovator, pesantren mampu mengembangkan potensi pada seorang anak, dan yang terakhir yaitu mampu melatih kemandirian sehingga seseorang tersebut bisa berdikari.”
Para ulama juga memiliki jargon tersendiri yang mereka jadikan sebagai patokan. Jargon tersebut yaitu:
المحافظة على قديم الصالح و الاخد بجدد الاصلاح
“Memelihara tradisi yang lama dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.”
Sebelum mengakhiri materi tersebut, Ustad Ulum menunjukan beberapa gambar yang berisi tentang dawuh para ulama perihal kepesantrenan. Salah satu dawuh tersebut yaitu “Sing penting taat karo peraturan pondok, nek gelem ngono tak jamin ilmune manfaat”, Dawuh Mbah Maimoen Zubair
Dipenghujung acara, narasumber menyampaikan suatu statement, “Ojo lali status santrimu, ojo males ngamalke ilmumu, ojo bosen sowan kiyaimu, ojo pedot konco senampanmu, ojo isen nguri-nguri tradisi pesantrenmu. Apapun profesi yang kamu geluti, tetaplah menjadi dan berjiwa santri.” Ujarnya.
–
–
–
Reporter : Syifa Urrachmi
Editor : Ati Auliyaur Rohmah