Bulan Ramadhan menjelang tiba. Umat Muslim tengah menantikan datangnya bulan suci Ramadhan 2023 atau Ramadhan 1444 hijriah. Pada bulan ini, seluruh Umat Muslim bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia akan menjalankan ibadah puasa yang bersifat wajib selama satu bulan penuh.
Bulan Ramadhan ini merupakan salah satu bulan yang mulia dan penuh dengan berkah. Karena barangsiapa yang mengisi bulan Ramadhan ini dengan ikhlas dan amal saleh, maka perbuatannya tidak akan sia-sia karena pahalanya akan dilipatgandakan.
Oleh karena itu, betapa gembiranya umat Islam dengan datangnya bulan yang penuh dengan keutamaan. Pada dasarnya kegembiraan mencerminkan ketakwaan, dan kegembiraan juga menjadi salah satu syiar-syiar dalam agama kita. Allah SWT berfirman:
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”.
Datangnya bulan Ramadhan ini tentunya perlu dilakukan adanya persiapan yakni, mental dan ilmu. KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha menjelaskan bahwasanya dalam mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan salah satunya dapat dengan mendalami kajian literatur dari para ulama terdahulu.
“Di antara ijazah dari Mbah Maimoen Zubair juga ijazah bapak, mengatakan ‘Ihdinas shiratal mustaqim. Shiratal ladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi alaihim wa lad dhallin.’ Jadi, kita tidak dapat bisa menjadi saleh tanpa meniru orang terdahulu. Kita tidak bisa baik tanpa meniru orang terdahulu,” ucap Gus Baha dalam tayangan Youtube Najwa Shihab, dikutip pada Ahad, (19/03/2023).
Lanjut beliau, dalam ayat ini Allah SWT tidak hanya berfirman ihdinasirotol mustaqim atau “tunjukkan kami jalan yang lurus” semata.
“Allah juga berfirman bahwa jalan yang benar yaitu jalan mereka yang telah Allah SWT beri nikmat,” tutur beliau.
Dijelaskan, untuk mendalami literatur, ulama terdahulu ada sebuah tradisi yang namanya pasaran. Di mana, pada waktu itu seluruh aktivitas santri akan lebih banyak mengaji dan belajar kitab kuning dibandingkan dengan bulan-bulan lain.
“Kalau tradisi kami di pesantren misalnya, satu kiai mengajar 2 sampai tiga kitab setelah salat fardhu, biasanya kalo Ramadhan ini full. Karena ini dapat melengkapi orang Indonesia dapat berkahnya Ramadhan. Dengan kita belajar kitab atau membacakan kitab ke masyarakat, supaya masyarakat tau caranya dan niatnya orang terdahulu, atau cara pandang orang dulu tentang puasa,” jelas beliau.
Kemudian, beliau melanjutkan, cara pandang Ramadhan secara benar, paling tidak ketika kita merasa lapar, kita tau betapa sakitnya orang miskin yang lapat
“Terus menghormati makanan karena begitu nikmat. Ketika puasa melihat makanan yang kita sepelekan pada saat tidak puasa, ketika Ramadhan menjadi spesial. Bahkan air pun spesial. Di sini adalah syukur yang luar biasa. Itu kalau tidak baca literatur ulama terdahulu, kita tidak akan tahu,” pungkas beliau.
Oleh: Ananda Pramesthi Y (Santriwati Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)