SEMARANG–Kamis (23/10), pondok pesantren (ponpes) Darul Falah Be-Songo mengadakan debat kandidat calon lurah yang bertempat di asrama B9. Debat yang dihadiri oleh seluruh santri ini merupakan serangkaian kegiatan pesta demokrasi pesantren untuk menyiapkan calon lurah baru periode 2014/2015 yang kompeten. Selain sebagai wahana untuk menggali kemampuan calon lurah, debat ini juga sebagai wahana untuk meyakinkan seluruh santri, sehingga tidak ragu-ragu lagi saat memilih dalam pemilu yang akan digelar pada hari Minggu (26/10).
Kegiatan yang dimoderatori oleh Ustadz Mukhtarom, S.Pd ini dimulai pada pukul 19.50 WIB dan terbagi dalam 3 termin. Pada termin pertama, setiap calon lurah (calur) disediakan waktu untuk menyampaikan visi dan misi. Termin pertama ini merupakan penguatan dari kegiatan sebelumnya yaitu kampanye blusukan terstruktur door to door tiap asrama tanggal 20-22 Oktober. Kandidat nomor urut 1, Ayu Fergiana Soimah dari asrama A7, mengawali debat dengan menyampaikan visi misi dan program unggulan keterampilan. Kandidat nomor urut 2, Hanita Masithoh dari asrama B5, mengusung program unggulan jurnalistik. Sedangkan kandidat nomor 3, Rikza Rifqiana Inka Milyana dari asrama A7 mengusung program unggulan khitobah dan halaqoh. Calon lurah terakhir dengan nomor urut 4, Imroatus Solihah dari asrama B9 mengusung program unggulan English day dan yaum Araby.
Termin kedua adalah menjawab pertanyaan yang disampaikan penguji. Hadir 3 penguji yang masing-masing diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan untuk menguji sejauh mana komitmen dan loyalitas para calur menggiring Pesantren Darul Falah di masa yang akan datang. Penguji pertama yaitu Ustadz M. Akmaluddin yang menguji pendalaman visi dan misi dan program kerja masing-masing calon lurah. Penguji kedua yaitu Ustadzah Nur I’anah yang dalam hal ini menggantikan Mbak Hanik karena berhalangan hadir, memberi pertanyaan seputar persoalan-persoalan yang ada di lingkungan Pesantren Darul Falah Be-Songo. Sedangkan penguji terakhir yaitu Bapak Jamal Luthfi dengan tema leadership.
“Menjadi ketua pondok itu harus mampu merangkul semua santri, karena setiap santri mempunyai cara pandang, sikap dan gaya yang berbeda. Keberagaman ini tidak seharusnya menjadi bumerang, justru seorang lurah harus mampu memanfaatkan perbedaan tersebut menjadi peluang..” demikian petuah Pak Jamal, salah seorang yang selalu mengikuti perkembangan Be-Songo, sebelum memberikan pertanyaan seputar kepemimpinan.
Apresiasi calon lurah dituntut pada termin ketiga, yaitu masing-masing calon lurah diberi kesempatan untuk memberikan satu pertanyaan kepada satu calon lurah lainnya. Dengan bimbingan moderator, setiap calur mendapat jatah yang seimbang. Sekitar pukul 21.30 WIB, dengan berakhirnya termin ketiga, acara debat kandidat calon luran baru periode 2014/2015 selesai dengan sekses. Diharapkan, dari debat ini, seluruh santri dapat memilih sesuai dengan penilaian mereka. Juga, lurah terpilih nantinya mampu bertanggung jawab atas apa yang mereka programkan secara total.
(Habibah & Fathiyyah)