Sabtu (09/12/2023) diselenggarakan Harlah ke-8 Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubalighoh (JPPPM) di Pondok Pesantren Darul Amanah Kendal. Dihadiri oleh seluruh pengurus JPPPM di seluruh Indonesia dan luar negeri. Diikuti oleh Rakerpus JPPPM ke-8 dengan tajuk Bersinergi Menguatkan Eksistensi JPPPM dalam berhidmah untuk Ummat dan Membangun Ukhuwah Kebangsaan. Koordinator JPPPM cabang Kanada mengatakan, JPPPM oversize, yaitu berada di luar negeri beranggotakan bu nyai & nawaning yg menyebar di luar negeri. Kriteria keanggotaan JP3M yaitu: 1) pengasuh pesantren, 2) da’iyyah/muballighah /aktivis muslimah di luar negeri, 3) hafidzah aktivis masyarakat, 4) dzurriyyah pesantren, 5) pimpinan majelis taklim.
“Apalah saya, siapalah saya yang diajak gabung dalam JPPPM,” ujar Koodinator JPPPM cabang Kanada tersebut. Beliau mengemukakan bahwa beliau bukan pengasuh pesantren, tidak berkecimpung dalam dunia pesantren. Tetapi beliau bisa bergabung dalam JPPPM internasional.
“Saya belum bisa mendirikan pesantren, disana belum ada pondok, eh ada pondok tapi bukan dari kalangan kita (aswaja), ada pondok dari golongan syiah,” ujarnya. Karena itu, tujuan JPPPM itu untuk menciptakan himmah, serta ghirah, menurut Ning Hanik.
Forum Halaqoh Perempuan Pengasuh Pesantren ini sudah tersebar ke lima benua (Asia, Afrika, Australia Amerika, dan Eropa). Hal ini sejalan dengan tema yang diusung oleh Forum Halaqah Perempuan Pengasuh Pesantren (FHPPP), Menguatkan Eksistensi JPPPM di Kancah Internasional. Harapannya, JPPPM ini bisa menciptakan himmah, serta ghirah, dan memberikan manfaat bagi umat.
Ning Nawal Taj Yasin juga ikut memeriahkan acara ini, beliau menyampaikan pemahaman ayat dalam sila pancasila menurut K.H. Maimoen Zubair.
Sila pertama, dikorelasikan dengan ayat اِقرَاء بِاسمِ ربِّكَ الذي خلق
Sila kedua, dikorelasikan dengan ayat خلق الإنسان من علق
Ayat ketiga اِقرء وربُّك الأكرم, lafal أكرَم menurut mbah maimun yaitu persatuan, dimana persatuan adalah sila yang ketiga
Sila yang keempat dikorelasikan dengan ayat
الذي علَّمَ بالقلم، عَلَّمَ الإِنسانَ ما لم يَعْلَم
(dengan peradaban kita tidak hanya membawa ilmu tapi juga khidmah dan musyawarah)
Sila yang kelima bagaimana kemudian dikorelasikan dengan ayat
كَلاَّ اِنَّ الإنسانَ لَيَطْغىَ، اَنْ رآهُ اسْتَغْنىَ، اِنَّ إلى رَبِّكَ الرُّجْعَى
Yang mana kita harus menjadi manusia sosialis, memiliki jiwa sosial yg tinggi, ketika kita bersosial, kita tidak bersikap eksklusif, sikap tolong menolong: yang pintar memberikan ilmu kepada yang tidak mengerti.
Oleh: Mir’atus Sholihah (Santri Ponpes Darul Falah Besongo dan Mahasiswi UIN Walisongo Semarang)
Editor: Sholahuddin