Be-songo.or.id

Gus Shidqon Ajak Santri Besongo Kenali Potensi Diri Sebagai Langkah Awal Menjadi Santri Produktif

Pesantren dan santri dengan berbagai potensinya mampu mengarahkan diri untuk mencapai posisi-posisi yang diinginkannya dalam kehidupan. Santri tak hanya bisa menjadi ustadz atau penceramah saja, tapi juga yang lainnya.

“Problem santri sekarang ini lebih memilih yang instan-instan. Tidak hanya itu, hanyut dengan media sosial yang waktunya habis hanya digunakan untuk hiburan-hiburan yang tidak meningkatkan nilai-nilai kesantriannya,” ujar Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang Muchammad Shidqon Prabowo.

Hal itu disampaikan dalam acara Pasca Liburan (Pascalib) yang bertajuk “Mewujudkan Santri Produktif yang Berprestasi” yang dihelat Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, Sabtu (11/02/2023).

Disampaikan, hari ini santri lupa akan tirakat. Lebih fokus pada pencapaian-pencapaian sementara.

“Selain itu, merosotnya moral dan adab. Padahal, barangsiapa mencari ilmu tapi dirinya berperilaku buruk, ilmu yang suci tidak lagi suci,” ucap beliau.

Dikatakan, produktivitas tidak hanya mengarang buku, tetapi bisa pada segmen ekonomi, belajar bisnis.

“Menjadi santri harus bisa berkarya, bagaimana kita berprestasi yang menghasilkan kualitas yang baik dan dapat bermanfaat oleh orang banyak,” katanya.

Menurut beliau, tradisi-tradisi keilmuan yang sudah lama ada, sampai sekarang pendidikan yang terbaik adalah pendidikan Pondok Pesantren. Karena Pondok Pesantren mempunyai dua model, yang pertama ta’lim dan kedua tarbiyah.

“Kalau di kampus itu hanya ada ta’lim. Tarbiyah ini, tidak bisa diajarkan di formalitas. Tarbiyah ini adalah contoh perilaku setiap harinya para kiai,” tuturnya.

“Seperti bagaimana cara makannya, jalannya, komunikasinya. Itu yang kita tiru setiap hari. Dan itu adalah ilmu yang harus kita terapkan di masyarakat nanti,” tambahnya.

Lanjut beliau, di Pondok Pesantren kita dididik oleh kurikulum bagus, tetapi ketika implementasinya adalah ketika Anda berjuang di masyarakat nanti. Tantangannya luar biasa.

“Jadi, ketika Anda nanti ingin menjadi orang baik, pasti ada orang yang tidak menyukai Anda, ini sudah menjadi hukum alam. Tetapi, jangan kecil hati,” ungkapnya.

Dijelaskan, menjadi santri harus produktif. Masa muda yang produktif pertama adalah mengenal potensi diri. Setiap manusia itu memiliki potensi dan kenali potensi itu.

“Jarang sekali orang melihat potensi diri-sendiri tetapi lebih suka melihat potensi orang lain, ini yang harus dirubah. Ketika sudah menemukan potensi kita sendiri, maka harus dikembangkan,” jelasnya.

Oleh: Ahmad Nizar Zuhdi Al Hakimi (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)

Editor: M. Raif Al Abrar