Ilmu merupakan anugerah dari Allah SWT. Manusia wajib menuntut ilmu selama ia masih hidup. Seperti yang diperintah Rasulullah, kun ‘aliiman, jadilah orang yang pintar dalam berilmu. Menjadi orang pintar maupun orang ‘alim harus didasari dengan pengajaran yang benar supaya tidak sesat jalan kemudian. Apalagi sebagai santri, kita dituntut untuk pintar dan memahami setiap ilmu yang dipelajari. Jika tidak bisa menjadi Mu’alliman, setidaknya jadilah seorang santri. Jika tidak bisa juga, jadilah Muhibban, yakni orang yang mencintai orang-orang ‘alim dan para santri. Jangan sampai menjadi orang yang tidak ‘alim, malas belajar, dan tidak muhibban kepada orang ‘alim dan para santri. Kelak akan rusak orang demikian.
Orang-orang yang berilmu diharapkan dapat mengamalkan ilmunya dan melakukan perubahan baik, dimanapun dia berada. Meski usia selalu berjalan seiring waktu tanpa henti, tetapi prestasi dan kontribusi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan selalu. Ketika terjun di masyarakat, pasti menemui banyak persaingan maupun gejolak persahabatan. Tapi itu bukan menjadi halangan bagi orang yang berniat mengamalkan ilmunya.
Orang-orang yang mengamalkan ilmu dengan penuh keikhlasan mencari ridho Allah SWT senantiasa mendapat pahala dari-Nya, hidupnya berkecukupan. Bahkan orang tua dan para tetangga ikut dilimpahi rizki serta hidup damai. Apalagi jika hidup di tempat yang dikelilingi pesantren, senantiasa memperoleh pahala dari Allah dan diberi ketenangan hati.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah ditanya, “Dimanakah Allah?” Kemudian Rasul menjawab, “Allah ada di dalam hati orang mukmin. Maka jangan sekalipun engkau kotori hati dengan perbuatan iri dan dengki, supaya hati tetap bersih dan Allah senantiasa berada di dalamnya.” Jika disinggung orang lain atau di jelek-jelekan, tidak perlu mengeluarkan amarah. Bersikaplah ikhlas dan sabar atas perlakuan tersebut, itulah namanya orang mukmin yang hatinya selalu dijaga oleh Allah SWT. Sandarkanlah hidup kepada Allah, maka segala masalah dalam hidup menjadi mudah.
Dijelaskan juga bahwa dalam mencari ilmu itu rahmatan lil ‘alamin, semata-mata hanya memperoleh rahmat dari Allah SWT. Jadi, tidak boleh sombong dan membanggakan ilmu yang diperoleh. Sekalipun ilmu yang diperoleh sudah tinggi, tetapi jika belum melakukan perubahan yang baik bagi negara dan masyarakat, maka belum memenuhi kriteria rahmatan lil ‘alamin.
*Tulisan diambil dari Mauidhoh Hasanah KH. Ahmad Badawi Basyir saat Malam Puncak Akhirusannah 2019 Ponpes Darul Falah Besongo