Be-songo.or.id

Irsyadul Ibad: Perjalanan Spiritual Pendeta Nasrani Bersyahadat

Ilustrasi oleh Azkiya Tsany

Be-songo.or.idPerjalanan spiritual bukan hanya bisa kita petik dari kisah waliyullah saja, namun juga dari proses Islamisasi seorang  pendeta. Kisah spiritual tersebut diceritakan oleh Imam al-Syafi’i rahimahullah sebagaimana dinukil dari kitab Irsyadul ‘Ibad ilaa Sabilir Rasyaad karya Imam Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibari.

Muhammad bin Idris al-Syafi’i (Imam Syafi’i) – semoga Allah meridhoinya– menceritakan, Beliau melihat seorang Nasrani yang terkenal dengan panggilan al-Asqaf (pendeta) di Makkah. Pada saat itu ia sedang thawaf.

Kemudian Imam Syafi’i berkata kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu membenci agama nenek moyangmu ?” Pendeta Nasrani menjawab, “Aku menggantinya dengan agama yang lebih baik darinya.” Imam Syafi’i berkata, “Bagaimana bisa demikian?”

Kemudian pendeta tersebut bercerita kepada Imam Syafi’i bahwa dia saat itu sedang berlayar di lautan, kemudian dia mengatakan ketika berada di tengah lautan tiba-tiba perahunya pecah. Namun ia terselamatkan oleh sebuah papan. Ombak di lautan membawanya ke pulau yang terdapat pepohonan yang memiliki buah yang manis daripada madu dan lebih lembut daripada keju. Di pulau tersebut juga terdapat sungai yang mengalirkan air yang tawar yang bisa dijadikan tempat menghilangkan dahaga.

Pendeta Nasrani tersebut mengatakan, “Segala puji bagi Allah terhadap segala kenikmatan, aku memakan dari buah-buahan dan minum dari sungai ini hingga Allah Ta’ala mendatangkan kemudahan kepadaku.” Ketika siang telah berlalu, datanglah waktu malam. Pendeta tersebut khawatir akan hewan-hewan pengganggu, kemudian ia naik keatas sebuah pohon dan tidur di salah satu rantingnya.”

Menjelang malam, tiba-tiba datang seekor hewan dari arah lautan tengah membaca tasbih kepada Allah dengan lisan yang fashih, hewan tersebut mengucapkan “Laa Ilaaha Illallah al-Ghaffaar, Muhammadur Rasulullaah An-Nabiyyul Mukhtar yang berarti tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Maha Pengampun, Muhammad adalah utusan Allah seorang Nabi yang terpilih.”

Ketika hewan tersebut telah sampai di daratan tiba-tiba terlihat wujud kepalanya berupa burung unta dengan wajahnya nampak seperti manusia. Kakinya menyerupai kaki unta dengan ekornya seperti ikan. Pendeta mengatakan, “Karena aku takut akan celaka maka aku turun dari pohon dan melarikan diri,” namun hewan tersebut menoleh kepadaku dan mengatakan, “Berhentilah, jika tidak maka engkau akan celaka”. Kemudian aku berhenti.

Hewan itu bertanya,”Apa agamamu?”

Pendeta menjawab,”Nasrani”

Hewan itu mengatakan, “Celakaah engkau wahai orang yang rugi, kembalilah ke agama yang dicondongi (agama Islam) karena sesunguhnya engkau sekarang sedang berada di tempatnya kaum jin mukmin dan mereka tidak akan menyelamatkan kecuali orang muslim.”

Kemudian pendeta tersebut mengatakan, “Bagaimana caranya masuk Islam?” Lantas dijawab oleh hewan, “Tasyhadu anla Ilaha Illallah wa anna Muhammadurrosululloh ” Pendeta Nasrani tersebut disuruh untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah.

Setelah Pendeta Nasrani syahadat, hewan tersebut mengatakan,”Engkau ingin menetap disini atau kembali ke keluargamu ?” Kemudian pendeta menginginkan untuk pulang ke keluarga. Hewan tadi memberikan arahan untuk tetap disitu menunggu kapal yang akan melewatinya.

Kemudian lelaki tersebut terdiam di tempat tersebut sembari menunggu kapal. Hewan itu kembali ke lautan dan hilang ketika kapal beserta para penumpang menyapa. Di dalam kapal terdapat dua belas orang yang semuanya beragama Nasrani, kemudian pendeta tadi menceritakan kisahnya kepada mereka dan akhirnya mereka semuanya masuk agama Islam.”

Wallahu A’lam Bishowab

Penulis             : Rifki Priatna

Editor              : Ati Auliyaur Rohmah

Kisah ini diceritakan pada Pengajian kitab Irsyadul Ibad halaman 4, di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang bersama kelas 3 pada Selasa (2/3/2021) oleh Ustadz Kharis Lusdiyanto.

REKOMENDASI >