Be-songo.or.id

Jelaskan Ghibah, Ustadz Ahmad Tajuddin: Timbul karena Banyak Omong

(tumblr/pinterest)

Perilaku ghibah adalah salah satu perbuatan tercela yang dilarang keras oleh agama Islam. Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa ghibah merupakan suatu perbuatan yang harus dijauhi. Bahkan, pelarangannya tertulis jelas dalam Al-Qur’an, maka para ulama menyepakati ghibah termasuk dalam perbuatan dosa besar.

“Al-Qur’an telah membuat permisalannya, menganalogikan tentang perilaku ghibah dengan divisualisasikan oleh Allah SWT, bahwa ghibah ibarat memakan daging saudaranya sendiri yang telah mati,” ujar Tajuddin yang juga Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Kemudian, beliau menyebutkan salah satu ayat dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”

Pengertian ghibah juga dijelaskan oleh Rasulullah SAW pada salah satu hadis antara lain:

“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya: “Tahukah kamu, apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Kemudian Rasulullah saw bersabda: ‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ‘ Rasulullah saw bersabda: ‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan (memfitnah) terhadapnya.” (HR Muslim)

Menurut beliau, ghibah muncul dikarenakan banyak bicara, alias banyak omong. Berbicara yang tidak memiliki nilai dan kepentingan apapun. Lalu, beliau menyebutkan sebuah hadis Rasulullah saw. yang berbunyi:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُـــــهُ مَــــــا لاَ يَعْنِيـــــهِ

Min husni islaamil mar-i tarkuhu maa laa ya’nii-hi

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya.” (H.R. Tirmidzi)

Lanjut beliau, orang yang bisa menjaga lisannya dan tidak banyak berbicara, orang tersebut mempunyai banyak potensi untuk terhindar dari ghibah.

”Karena, salah satu afatul lisan atau bahaya lisan yaitu, ghibah. Jadi, penyakit lisan pertama yang paling parah adalah banyak berbicara dan efek banyak berbicara akan melahirkan diantaranya perilaku ghibah,” tambah Ustadz Tajuddin saat diwawancarai Besongo Online.

Dikatakan, Islam mengajarkan kepada kita idkholus surur fi qalbil mukmin, menghadirkan rasa bahagia dalam hati orang lain.

“Ghibah itu perlawanan dari idkholus surur fi qalbil mukmin, yaitu memasukkan rasa tidak nyaman kepada orang yang digibahi dan juga jelas bertentangan dengan Al-Qur’an”, tuturnya.

Pesan dari sobat Besongo Online, mari mulai sekarang berusaha hindari kebiasaan membicarakan orang lain. Sebab, akibat dari perbuatan tersebut sangatlah berat dan dapat menjerumuskan kita ke dalam neraka.

Oleh: Divisi Kajian dan Riset Besongo Online

Narasumber : Ustadz Ahmad Tajuddin Arafat (Pembina Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang)