Be-songo.or.id – Kalimat tahlil merupakan bagian dari rangkaian kalimat tauhid, yakni kalimat lâ ilâha illa allah. Kalimat ini tersusun dari empat kata. Pertama, kata lâa yang memiliki arti tiada dan disebut sebagai laa nafiyah lil jinsi, yaitu huruf lam yang mempunyai fungsi untuk meniadakan segala jenis kata benda setelahnya. Kata kedua adalah ilâha yang memiliki arti Tuhan (yang disembah), dimana kata ini dirangkai dengan kata lâa. Sehingga, menunjukkan untuk meniadakan segala jenis Tuhan (yang berhak disembah).
Kata ketiga dalam kalimat tahlil adalah illa yang merupakan huruf istisna (pengecualian) dan memiliki arti kecuali yang berfungsi untuk mengecualikan kata sesudahnya dari kandungan yang telah ditiadakan oleh huruf lâ. Kata keempat adalah Allah, yang dikecualikan dalam susunan kalimat tahlil tersebut. Sehingga, kalimat lâ ilâha illa allah memiliki makna bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah.
Kalimat tahlil merupakan bagian dari kalimat bacaan untuk berzikir kepada Allah. Membaca kalimat tahlil juga merupakan sarana untuk pembaharuan keimanan seseorang. Ahmad dan Hakim dari Abu Hurairah r.a. yang tercantum dalam kitab Irsyad al-Ibad Ila Sabil al-Rasyad, hlm. 3 menjelaskan,
(وَأَخْرَجَ) أَحْمَد و الحاكم عن أبى هريرة رضي الله عنه قال قال رسولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَدِّدُوا إِيْمَانَكُمْ قِيْلَ كَيْفَ نُجَدِّدُ اِيْمَانَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ فَأَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ
Artinya: “(dan Diriwayatkan) Ahmad dan Hakim dari Abu Hurairah r.a. berkata: bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: Perbaruilah iman kalian semua, (rasul kemudian) ditanya (mengenai hal ini) bagaimana (cara) kita memperbarui iman wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: maka perbanyaklah (kalian semua) dari mengucap kalimat lâ ilâha illa allah”
Selain itu, banyak keutamaan-keutamaan yang terkandung dalam kalimat tahlil tersebut. Sebagaimana keterangan dalam kitab Irsyad al-Ibad Ila Sabil al-Rasyad, ketika sesorang membaca kalimat tahlil, maka diharamkan baginya api neraka, sebagaimana riwayat berikut.
وَالشَّيْخَانِ عَنْ عُثْمَانِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ اللهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ الله
Artinya: “dan syaikhoni (Bukhari dan Muslim) dari Usman bin Malik bahwasanya Allah mengharamkan neraka atas seseorang yang membaca kalimat lâ ilâha illa allah (dengan) mencari ridho Allah (ikhlas karena Allah)”
Orang yang membaca kalimat tahlil sebanyak seratus kali, kelak di hari kiamat akan dibangkitkan dengan wajah seperti rembulan di malam purnama, sebagaimana riwayat berikut:
وَالطَبْرَانِي عَنْ أَبِي الدَرْدَاءِ لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ لا إله إلَّا الله مِائَةَ مَرَّةٍ إِلَّا بَعثَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَوَجْهُهُ كَالقَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ وَلَمْ يُرفَعْ لِأحَدٍ يَوْمَئِذٍ عَمَلٌ أَفْضَلُ مِنْ عَمَلِهِ إلَّا مَنْ قَالَ مِثْلَ قَوْلِهِ أَوْ زَادَ
Artinya: “ dan Thabrani dari Abi Dardak: tidak ada seseorang ketika membaca kalimat lâ ilâha illa allah sebanyak seratus kali kecuali Allah akan membangkitkan pada hari kiamat dengan wajah seperti rembulan di malam purnama, dan tidak ada amalan yang lebih utama kecuali membaca kalimat tersebut (tahlil) atau yang lebih daripada itu”
Kemudian, dalam kitab Irsyad al-Ibad Ila Sabil al-Rasyad ini juga dijelaskan bahwa kalimat lâ ilâha illa allah memiliki kadar timbangan yang lebih berat daripada alam semesta raya, sebagaimana riwayat berikut:
وَالنَّسَائِ عَنْ أَبِى سَعِيْدِ الخُدْرِى عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ قَالَ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَم يَا رَبّ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ بِهِ فَقَالَ قُلْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ فَقَالَ يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُولُ هَذَا اِنَّمَا اُرِيْدُ شَيْئًا تَخُصُّنِي بِهِ فَقَالَ يَا مُوسَى لَوْ اَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَ عَامِرُ هُنَّ غَيْرِي وَالاَرْضين السَّبْعَ جُعِلَتْ فِي كفةٍ ولااله الا الله فِي لَمَالَتْ بهنّ لااله الا الله
Artinya: “dan Nasai dari Abi Said al-Khudri dari Nabi saw. bersabda: Nabi Musa berdoa “ya Tuhanku semoga engkau mengajarkan kepadaku suatu perkara guna berzikir kepada engkau”, (kemudian) Allah berfirman “bacalah kalimat lâ ilâha illa allah, (lalu) Nabi Musa berkata: “ya Tuhanku, semua orang juga sama mengucapkan kalimat tersebut, saya ingin kalimat yang lebih istimewa untuk saya”, Allah berfirman: “Wahai Musa, walaupun tujuh langit beserta isinya dan tujuh bumi diletakkan keduanya ke dalam timbangan dan disejajarkan dengan kalimat lâ ilâha illa allah, niscaya kalimat lâ ilâha illa allah itu lebih berat daripada itu semua (tujuh langit dan tujuh bumi beserta isinya)”
Sebagai seorang hamba yang seringkali melakukan keluputan, sudah sepatutnya untuk senantiasa berzikir kepada Allah, dzat yang Maha Benar lagi Maha Kuasa. Berzikir kepada Allah merupakan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Selain itu, dengan berzikir disertai dengan memikirkan ciptaan-Nya dapat menjadikan seorang hamba sadar, bahwa tiadalah Allah menciptakan alam semesta ini dengan sia-sia “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Q.S. Ali Imran [3]: 191).
Wallahu’alam bi shawab.
–
–
–
Penulis : Muhammad Ilham Muzhoffar
Editor : Ati Auliyaur R