Besongo.or.id – Semarang, Hidup manusia tidak pernah lepas dari masalah. Disadari maupun tidak semua orang akan mengalaminya, mulai masalah paling kecil hingga masalah yang membuat seseorang merasa cemas, stres, bahkan mengalami keputusasaan, sehingga .
Dalam Kajian Tafsir Tematik Pondok Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo yang bertempat di Masjid Raudlatul Jannah, KH Imam Taufiq menjelaskan mengenai pentingnya seseorang untuk tidak melupakan nikmat yang diberikan kepadanya, Sabtu (20/08/2022).
“Al bala’u Huwa Al ibtila’. Bahwa, musibah merupakan bentuk dari ujian kepada kita,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Dafa Besongo tersebut mengutip dari Tafsir Fakhruddin Ar-Rozi.
Sehingga, dengan adanya musibah itu, seseorang akan diketahui seberapa tinggi tingkat ketakwaannya kepada Allah. Namun, masih kerap kita jumpai ketika seseorang mendapati masalah, banyak sekali yang lupa akan begitu banyaknya nikmat Allah yang dianugerahkan kepadanya, sehingga banyak pula orang yang putus asa bahkan melarikan diri dari masalah.
“Kalau tidak ingin menghadapi masalah, ya sudah, pergi saja ke alam yang tidak ada masalahnya. Karena dunia memanglah tempatnya masalah. Anak kecil, remaja bahkan orang yang telah menginjak umur tua pun masih mendapati masalah dalam hidupnya. Oleh karena itu, jangan mudah sedih ketika menghadapi masalah,” jelas Guru Besar Ilmu Al-Quran dan Tafsir (IAT) UIN Walisongo Semarang itu.
Nabi Musa Juga Mengingatkan Kaumnya Ketika Dilanda Musibah
Maka firman Allah “Wa idz ta’adzdzana rabbakum la’in syakartum la’aziidannakum wa la’ing kafartum inna ‘adzaabi lasyadiid”
Yang terjemahannya, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Di ayat sebelumnya dijelaskan Nabi Musa berkata kepada kaumnya “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Tuhanmu”
Abah Imam Taufiq menjelaskan, Fakhruddin ar-Razi menerangkan dalam Mafatihul Ghaib bahwa kandungan utama dalam Surat Ibrahim ayat tujuh ini ialah:
Pertama, Pada hakikatnya syukur merupakan ungkapan rasa pengakuan diri atas nikmat dari yang Maha Pemberi.
Kedua, janji Allah untuk menambah kenikmatan bagi yang merasa bersyukur. Nikmat tersebut bisa berbentuk jasmani maupun rohani. Nikmat rohani ini jika benar-benar dirasakan maka akan mencapai maqam (derajat) tertinggi yakni cinta kepada-Nya. Sedang nikmat jasmani ialah ketika seseorang selalu menyibukkan diri sebagai bentuk rasa syukur, maka semakin banyak nikmat didapat.
Abah Imam Taufiq juga menjelaskan, sifat buruk yang dimiliki Fir’aun yang kerap membuat seseorang selalu tinggi hati. Sifat ke-AKU-an, sifat yang dapat membuat seseorang merasa dirinya paling benar, merasa dirinya paling penting dari pada yang lain.
“Sifat rasa ‘Aku’ itu merupakan sifatnya Fir’aun. Dan kata ‘Aku’ merupakan kata terburuk dalam psikologi umat manusia,” tutur Abah Imam.
Mengapa demikian, sebab jika seseorang memiliki sifat ini, sungguh ia tidak ada bedanya dengan Fir’aun laknatullah.
Pewarta: Haris Sa’dullah