Kamis diadakan acara Khataman bin-Nadzar diikuti oleh seluruh santri Besongo beserta para ustaz dan ustazah Ponpes Darul Falah Besongo. Diawali dengan tawassul dan dilanjutkan dengan membaca bagian juz masing-masing, santri menikmati bacaan Al-Qur’an tersebut dengan khidmatnya. Tak lupa hidangan makanan basah menemani duduk khidmat mereka di Ndalem sore itu (23/05). Setelah membaca bagian juz mereka, para santri membaca doa bersama Abah Imam Taufiq seraya meminta keberkahan dari bacaan Al-Qur’an masing-masing. Salah satu cara bertawassul adalah melakukan amal saleh, bersalawat, dan mendo’akan orang lain. Sore itu menjadi paket lengkap kebersamaan santri dan kiai dalam melakukan rabithah qalbiyyah. Abah Imam menjelaskan, ada dua syarat dalam melakakukan khidmah: pertama, rabithatul ilmi, yaitu mengaji kepada kiai; kedua, rabithah qalbiyyah dengan melakukan do’a bersama, istighatsah, serta saling mendo’akan.
Abah Imam menjelaskan, ada banyak cerita dan pengalaman selama 4 tahun di Besongo. Sedangkan, kita sendiri yang menyatukannya dengan kreatifitas masing-masing. Abah Imam mengutip satu pepatah yang mengatakan:
اَلْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَ الْبَرَكَةُ بِالْخِدْمَةِ
“Ilmu itu (diperoleh) dari belajar, sedangkan keberkahan itu (diperoleh) dari pengabdian”
“Khidmah itu pelayanan,” ujar Abah.
Sebagaimana khadimul ‘ilmi atau pelayan ilmu. Akan tetapi khidmah yang diterjemahkan pelayan ini memiliki makna yang agung serta mulia. Khidmah ini merupakan dedikasi serta pelayanan. Abah Imam melanjutkan, dimanapun seorang penuntut ilmu berada, sebuah keberkahan tidak akan menyertai penuntut ilmu tersebut kecuali ia ber-khidmah. Sedangkan kunci dari khidmah adalah tsiqah yang berarti sifat yang adil dan dhabit dalam istilah ilmu hadis. Abah Imam menjelaskan, tsiqah adalah kepercayaan di dalam diri seorang perawi, sehingga dalam memaknai tsiqah berarti kepercayaan yang muncul pada diri seseorang. Kepercayaan tersebut muncul dan bertambah kuat ketika yakin. Ketika kepercayaan yang menumbuhkan keyakinan tersebut sudah mengikat antara santri dan pondok, maka sudah dipastikan tanda komitmen dari santri tersebut.
“Segala sesuatu yang ada di pondok, pasti ada manfaatnya,” ujar Abah Imam.
Penulis: Sholahuddin (Santri Ponpes Darul Falah Besongo dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)
Editor: Ahmad Nizar Zuhdi