Berita

PSB

Kiai Imam Taufiq Jelaskan Peristiwa Hijrah Kaum Muhajirin dan Anshar

Kaum Muhajirin dan kaum Anshar merupakan dua komunitas yang mulia. Kaum muhajirin berhijrah meninggalkan tempat tinggal hanya untuk menjalankan perintah Nabi Muhammad Saw.

“Karena selama Nabi Muhammad berdakwah di Makkah dirasakan tidak efektif,” ucap Imam Taufiq Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang.

Imam Taufiq yang juga Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu menyampaikan hal itu secara luring dalam Kajian Tafsir Tematik, Sabtu (11/03/2023).

Disampaikan, pada saat di Makkah jumlah manusia yang masuk agama Islam tidak sesuai yang diharapkan. Selain itu, ada ketidaknyamanannya, ancaman yang luar biasa.
Ketika Nabi Muhammad berdakwah di Makkah, selalu diancam pembunuhan.

“Semua aktivitasnya diancam, mulai dari dilempari batu, kotoran, bahkan ada sayembara untuk membunuh Nabi,” ujarnya.

Hal ini lanjut beliau, tidak hanya berlaku untuk Nabi Muhammad saja, seluruh umat Islam waktu itu pun diancam dan disiksa.

“Seperti cerita Bilal bin Rabah yang menjadi korban penyiksaan. Mulai dilempar, dijemur dibawah teriknya matahari dan ditimbun batu, tetapi hatinya tetap kokoh,” tuturnya.

Menurut beliau, orang yang hijrah perjuangannya sangat besar, meninggalkan keluarga, rumah dan masa lalu. Maka, proses dua kelompok ini, yaitu Muhajirin dan Anshar menjadi sebuah keluarga.

“Dan yang dilakukan pertama kali Nabi Muhammad adalah mempersaudarakannya, bukan hal lainnya,” jelasnya.

Kemudian beliau menyebutkan Surat al-Hasyr ayat 10 menjelaskan bahwasanya doa diri kita ini, bukan hanya untuk kita sendiri. Tetapi, untuk seluruh umat muslim.

“Maka, di ayat ini ada sebuah perintah berdoa untuk diri sendiri, keluarga dan umat Islam,” ucapnya.

Terkadang doa-doa yang dikabulkan oleh Allah SWT tentang kebaikan-kebaikan yang kita terima itu bukan doa kita. Tetapi doanya orang tua yang meluber ke kita.

“Bisa juga bukan karena doa orang tua, tetapi doa orang-orang muslim yang mendoakan kita semua,” pungkas beliau.

Oleh: Istna Nur Khoiriyah (Santriwati Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswi UIN Walisongo Semarang)