KH. Zulfa Mustofa atau lebih akrab disapa Kiai Zulfa ini adalah salah seorang wakil Ketua Umum PBNU, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ia merupakan murid dari KH. A. Sahal Mahfudz, Kajen, Margoyoso, Pati. Kiai yang khas dengan syair-syairnya ini menceritakan tentang berkahnya ludah nabi Muhammad SAW.
Pada acara Haul ke-11 KH. Masruri Abdul Mughni di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Benda, Sirampog, Brebes, yang dihelat pada Sabtu, 30 Juli 2022, mula-mula, Kiai Zulfa menceritakan tentang Syekh Abdul Wahab as-Subki (penulis kitab Thabaqat asy-Syafi`iyyah al-Kubro). Syekh Wahab menceritakan tentang ayahnya, Syekh Ali as-Subki mengajak anaknya, Syekh Wahab, untuk ziarah ke Mesir di Nawa, tepatnya di madrasah Darul Hadits, tempat dimana Syekh Nawawi menulis kitab Riyadhusshalihin dan mengajar sehari-hari.
Lalu Syekh Abdul Wahab menceritakan bahwa ayahnya, Syekh Ali as-Subki melakukan sholat di tempat dimana Syekh Nawawi dulu melakukan sholat. Kiai Zulfa memamaparkan, bahwa Imam Ali as-Subki mengajarkan kepada putranya agar ber-tabarrukan kepada jejak-jejak orang alim seperti Imam Nawawi. Kiai Zulfa juga menekankan tentang pentingnya ber-tabaruk-an kepada orang alim.
Kiai Zulfa melanjutkan ceritanya tentang Imam Nawawi, beliau mengatakan bahwa Imam Nawawi adalah seorang ulama yang tingkat kezuhudannya, zuhud yang sangat dekat dengan Allah. Imam Nawawi tidak pernah makan, kecuali dengan lauk yang hanya satu jenis saja. Makanya, Imam Ali as-Subki mengajak anaknya, Syekh Abdul Wahab untuk ngalap berkah kepada Imam Nawawi.
Kemudian, Kiai yang suka bersyair ini, mengatakan bahwa yang namanya berkah itu nyata. Kiai Zulfa mengutip Kitab Shahih Bukhari, karangan Imam Bukhari, seorang perawi hadits yang masyhur. Kiai Zulfa mengatakan bahwa dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ludah itu berkah, terutama ludahnya orang saleh. Inilah yang menjadi alasan, mengapa dulu bekas minuman para masayikh dan para habaib menjadi rebutan para santri, bahkan para masyayikh ini sengaja menyisakan bekas air minumnya untuk para santri, tujuannya agar sama-sama mendapat berkah.
Tradisi ngalap berkah ini, menurut Kiai Zulfa, ada riwayatnya dalam kitab Mukhtashor Ibnu Abi Jamroh, ada riwayat dari sahabat Jabir bin Abdillah, beliau menceritakan satu riwayat dimana pada perang Khandaq. Beliau berkata, “Saya melihat perut Nabi itu ngelempit, karena saking laparnya. Lalu saya pulang menemui istri saya.” Lalu saya katakan pada istri saya, “Hai istriku, kamu punya makanan apa di rumah?”
Istri Jabir bin Abdillah menjawab,”Ini ada gandum sekitar 3 kg pak, kita juga punya kambing kecil.”. Jabir menimpali, “Yasudah tidak apa-apa, saya tadi melihat Nabi Muhammad ketika sedang membuat parit, tampak lapar. Saya ingin mengundang Nabi untuk makan di rumah kita. Kamu giling gandumnya, buatlah roti. Kambing kecilnya nanti saya sembelih, kita buat semacam gule.”
Begitu matang, Jabir segera bergegas untuk menemui Nabi Muhammad SAW yang sedang kerja bakti membuat parit. Namun, ketika hendak berangkat, Jabir dihadang oleh istrinya, istrinya mengatakan, “Mas, tolong jangan buat malu saya di depan Nabi ya…”. Istrinya Jabir melanjutkan, “Maksudnya, makanan ini sedikit, paling cukup untuk 50 an orang, makanya jangan mengundang banyak-banyak ya..”
“Baik, saya akan pergi menemui Nabi dan mengatakan apa yang kau pesankan kepadaku,” kata Jabir kepada istrinya. Kemudian Jabir pergi menemui Nabi dan berbisik-bisik kepada Nabi Muhammad SAW, “Maaf kanjeng Nabi, saya punya makanan, ingin mengundang untuk jamuan makan di rumah saya, makanannya sedikit, hanya cukup untuk 50 orang.”
Nabi mengangguk apa yang dikatakan oleh Jabir. Diluar dugaan, Nabi mengumumkan kepada khalayak ramai yang hadir. “Hai orang-orang yang kerja bakti membuat parit! Sesungguhnya Jabir, ini Jabir mengundang kita untuk makan di rumahnya, ayo kita ramai-ramai kesana!”, kata Nabi.
Jabir kaget, sekaligus merasa khawatir, mendengar pengumuman nabi tadi, karena orang yang kerja bakti jumlahnya banyak sekali, sedangkan hidangannya hanya cukup untuk 50 orang. Jabir terlihat sangat gelisah. Karena merasa tidak tega melihat Jabir gelisah, Nabi menghampiri Jabir, “Hai Jabir, kamu pulang dulu ya, makanannya jangan dikeluarkan, sebelum saya sampai kesana.”
Tidak lama kemudian, datanglah nabi bersama rombongan sahabat, kurang lebih ada 1000 orang. Lalu Jabir keluar menemui nabi, “Hai Jabir, mana makananmu? Bawa kemari.” Jabir pun membawa makanan itu kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu Nabi mendoakan makanan punya Jabir dan meludahi makanan tersebut, Allah memberkahi makanan tersebut.
Jabir bin Abdillah mengatakan bahwa seribu orang datang, dengan masing-masing mengambil roti dan gule. Tapi tungku tempat untuk wadah gule itu masih bergolak, tidak habis-habis, dan adonan rotinya tidak habis-habis. Inilah yang namanya berkah, dari mana asalnya? Dari ludah Nabi Muhammad SAW. Pada akhir ceramahnya, Kiai Zulfa berpesan kepada para hadirin, agar percaya bahwa yang namanya berkah itu nyata.
Oleh: M. Khoirul Anam