Be-songo.or.id – Dalam serangkaian kegiatan pascalib (Pasca Liburan), Pesantren Darul Falah Besongo adakan Seminar Fiqih Jenazah dengan narasumber Syariful Anam, pada Jum’at (24/01). Dengan tema “ Maut; Realitas Pasti yang Sering Terlupakan”.
Materi tersebut disampaikan oleh Syariful Anam di asrama B9 khusus santri kelas 2. Ia menyampaikan pentingnya mengingat mati bukan hanya sebagai refleksi dalam kehidupan tetapi ini bagian dari perintah Allah dan Rasul. Sebagaimana seperti firman Allah dalam Q.S. Ali Imran ayat 185 yang berarti “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu…”.
“Kita hidup didunia itu seperti mampir, semua manusia pada akhirnya akan mati. Memasuki alam baru di akhirat dan diminta pertanggungjawaban atas amal yang diperbuatnya di dunia,” Tutur Syariful Anam.
Beliau menyampaikan bahwa kata maut sudah disebutkan dalam Al-Qur’an beberapa kali. Serta Rasul telah berpesan cara mengingat mati adalah berfikir akan kondisi sakaratul maut dan kondisi setelah di kebumikan.
“Syaikh Muhammad al-Lifaf Ra berkata: “Barang siapa yang memperbanyak mengingat mati maka akan dimulian dengan 3 hal, yaitu: 1. Bersegera bertaubat, 2. Memiliki Jiwa yang Qona’ah, 3. Semangat dalam Beribadah”. Hukum merawat mayit adalah fardhu kifayah, apabila telah ada sebagian orang yang melakukannya, maka gugurlah kewajiban muslim lain dan sebaliknya,” tambahnya.
Selain itu ia juga menyampaikan jenis dan macam-macam mayit. Yakni muslim dewasa (memandikan, mengkafani, mensholati, dan menguburkan), syahid ma’rokah (mengkafani dan menguburkan), keguguran atau premature terdapat beberapa tafsil diantaranya yaitu:
a. jika ada tanda-tanda hidup maka seperti orang dewasa,
b. jika tidak ada, maka kewajibannya selain mensholati,
c. kafir dzimmy kewajibannya yakni memandikan dan mengkafani,
d. murtad dan harbi, La syai’a lahuma.
Pak Anam juga menyampaikan etika dalam memandikan mayit sebagai berikut: memandikan tempat yang sepi, di bawah tempat yang beratap dan tinggi, dihadapkan qiblat, menaikkan sedikit bagian kepala mayit, menutupi wajah/aurat sang mayit, yang memandikan sebisa mungkin dapat memejamkan matanya, mengusap, menggosok secara halus dan pelan, laki-laki memandikan mayit laki-laki begitu juga sebaliknya, mendahulukan yang lebih faqih dan kerabat
“Semua manusia yang kaya ataupun miskin akan kembali pada tempat yang sama dan tidak membawa apapun didalamnya kecuali amal perbuatannya,” tutupnya.
Penulis: Mafriha Azida
Editor: Ikanahtul Mushtofiah