Be-songo.or.id

Memperkuat Hubungan Bathiniyah, Pesantren Besongo Sowan ke Makam Masyayikh

IMG-20180402-WA0014

BESONGO NEWS (02/04/18) – Untuk mengisi libur panjang tiga hari, Pesantren Darul Falah Besongo memilih sowan ke makam masyayikh dan studi banding di Ma’had ‘Aly Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Lima armada bus mengantarkan seluruh santri, asatidz, pengasuh dan beberapa alumni serta beberapa warga sekitar Dafa Besongo berziarah ke pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.

Rute dimulai dari makam KH. Bisri Syansuri, KH. Hasyim Asy’ari dan anak cucunya, serta KH. Wahab Hasbullah. Kemudian wisata religi ini dilanjutkan ke makam Syaikhana Kholil Bangkalan, Madura, Walisongo yang ada di Jawa Timur dan Mbah Sambu Lasem, Rembang. Perjalanan spiritual berlangsung dari Jumat, 30 Maret hingga  Ahad, 1 April 2018 dengan jumlah peserta sekitar 250.

Kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh Besongo sebagai ajang penguatan hubungan bathiniyah dengan ulama yang telah wafat. Selain itu juga untuk mempererat tali silaturahmi kepada keluarga pendiri NU di Tebuireng, Jombang.

“Kami selalu mengirimkan hadiah tahlil untuk mbah Hasyim, tapi kurang afdal rasanya jika tidak secara langsung di depan maqbarah beliau”, tutur Prof. Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag., Pengasuh Dafa Besongo.

Selain menguatkan hubungan batin, tujuan kegiatan rutin Pesantren Besongo  studi banding yang kali ini ke Ma’had ‘Aly Tebuireng, Jombang adalah untuk menambah wawasan keilmuan santri yang juga menyandang sebagai mahasiswa.

Ma’had ‘Aly Tebuireng merupakan salah satu perguruan tinggi yang ada di dalam naungan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang berdiri sejak 2006. Namun, pada 2016 Kementerian Agama baru memutuskan badan hukumnya sebagai Perguruan Tinggi secara resmi.

“Kami datang bersama rombongan agar terinspirasi dengan Tebuireng”, tambah pengasuh Besongo yang dulu juga pernah nyantri di Jombang. Kegiatan studi banding berlangsung dengan diisi pemaparan profil Ma’had ‘Aly dan dilanjutkan dialog interaktif antar narasumber dan peserta.

Selain pemaparan profil Ma’had ‘Aly, Ustadz Roziki, salah satu dosen Ma’had ‘Aly, juga mengulas pemikiran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, yang mengutip dari KH. Tholhah Hasan tentang fikih yang seharusnya tidak lagi dogmatif tetapi menuju fikih solutif. Sehingga fikih dalam perjalanannya bisa menjawab problematika umat yang sedang terjadi.

Suatu kebanggaan bagi keluarga Besongo bisa nyambang secara langsung makam Mbah Hasyim Asy’ari dan belajar dengan beliau lewat para muridnya. Karena, para santri berharap dapat akuan sebagai santri dari beliau.

Sebagaimana yang disampaikan oleh KH. Lukman Hakim BA., “Barangsiapa datang ke Tebuireng dengan niat tholabul ilmi walaupun satu jam maka dia sudah menjadi santri mbah Hasyim”. Kemudian Kiai Lukman juga berpesan kepada santri untuk tetap memberikan nilai manfaat kepada masyarakat walaupun suatu hal yang kecil.

Pemilihan Ma’had Aly Tebuireng sebagai tujuan studi banding periode ini sebab sama-sama pondok pesantren yang mempunyai santri mahasiswa perguruan tinggi.

“Pada dasarnya antara Besongo dan Ma’had Aly Tebuireng adalah sama, hanya saja ruang lingkup kampusnya yang berbeda. Sehingga, kita perlu belajar kepada mereka untuk penguatan kultur pesantren di dunia luar”, ucap Fuad selaku ketua panitia ziarah dan studi banding tahun 2018 ini.

Setelah studi banding, selanjutnya rombongan Pesantren Besongo ziarah ke makam Syaikhana Kholil Bangkalan, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Ibrahim Asmaroqondi, Sunan Bonang dan terakhir Mbah Sambu di Lasem. Serangkaian kegiatan ziarah dan studi banding berjalan lancar tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan jadwal yang ada.  (Man/red)

REKOMENDASI >