Be-songo.or.id

Ning Nawal Paparkan Tantangan Pesantren di Era Digital

Semarang (10/02/2024), Ponpes Darul Falah menyelenggarakan Stadium General pada acara puncak Pascaliburan (Pascalib) 2024, yang dihadiri oleh Pengasuh Ponpes Darul Falah Besongo, para asatidz serta seluruh santri. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Roudhotul Jannah dengan tema “Tantangan Pesantren di Era Digital: Konstruksi Peradaban Baru” dengan narasumber Ning Hj. Nawal Nur Arafah, M.Si.

Pada sambutannya, Pengasuh Ponpes Darul Falah Besongo, Abah Imam Taufiq menyampaikan, kegiatan Stadium General ini merupakan pertanda dimulainya seluruh aktivitas dan tradisi pondok setelah dua pekan serangkaian acara Pascalib.

Selanjutnya Ning Nawal menjelaskan, pesantren sudah banyak memiliki kontribusi yang bisa menciptakan tafaqquh fiddin, serta kontrol sosial. Kemudian, social engineering, yakni yang bisa mengembangkan nilai-nilai keislaman, serta kearifan lokal di Indonesia.

“Kini kita masuk pada Era Revolusi Industri 4.0, yang memiliki perubahan dalam aspek kehidupan, misalnya  kita bisa membeli sesuatu bisa hanya dengan  ke market place untuk belanja online,” lanjut beliau.

Pada aspek pendidikan, kita dapat belajar di platform online seperti aplikasi Ruangguru dan mencari akses informasi di Google. Di bidang agama, mengaji pun tidak harus secara langsung bersama guru atau ahli ilmu.  Jika kita tidak dapat merespons dengan baik, maka teknologi digital ini seperti dua mata pisau yang berkontribusi secara positif dan negatif, bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

“Teknologi digital dapat meresahkan dunia pesantren dan dunia luar,” papar beliau juga.

Ning Nawal mengatakan, tantangan pada dunia pesantren yakni ketika kontribusi negatif lebih besar daripada kontribusi positifnya. Beliau berpesan untuk santri agar memprioritaskan mengaji duduk bersama masyaikh atau guru agar mendapatkan barokah.

“Tantangan pesantren di era digital ada tiga: tantangan teknologi, akses informasi, dan konservasi nilai-nilai tradisional,” ujar beliau.

Menurut beliau, konstruksi peradaban baru dalam pesantren ada tiga: pertama mengenai penguatan infrastruktur digital, kedua, pengembangan kurikulum berbasis teknologi, dan ketiga, pendidikan karakter melalui adab dan akhlak

Lebih lanjut, Ning Nawal mengatakan, pentingnya integrasi teknologi dengan pondok pesantren, seperti penggunaan perangkat lunak seperti software atau aplikasi kitab kuning. Dari sana para santri dapat memanfaatkan kutubut-turats yang menjadi rujukan.

Kedua, pemanfaatan media sosial. Ning Nawal menyebutkan akun milik Besongo.

“Pesantren Darul Falah Besongo merupakan salah satu pesantren yang telah berhasil memanfaatkan media sosial dengan baik,” tambah beliau.

Ketiga, pembelajaran jarak jauh, seperti melalui live streaming atau aplikasi pembelajaran secara daring.

“Era digital merupakan tantangan yang nyata. Kita (santri) harus adaptif dan responsif, sehingga dapat berkontribusi memasuki peradaban baru dan kita perlu komitmen bersama untuk mendukung transformasi menuju masa depan yang inklusif,” papar beliau.

Oleh: Anizzallat Allysyia Sukawi

Editor: Ahmad Nizar Zuhdi Al-Hakimi