Be-songo.or.id

Pascalib 2021 : Selain Syarat Kelulusan, IMKA Adalah Untuk Kehidupan di Masa Mendatang

Be-songo.or.idPondok Pesantren Darul Falah Besongo adakan simulasi pelatihan Imka pada Kamis, (04/02/2021). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan PASCALIB 2021. Narasumber yang didatangkan pun merupakan sosok yang luar biasa, beliau adalah Arifana Nur Kholiq. Beliau adalah alumni S1 Universitas Kairo, Mesir dan S2 Syariah UIN Walisongo Semarang. Karir beliau dalam bidang bahasa tidak diragukan lagi, sebab beliau mrupakan salah satu staf khusus PPB (Pusat Pengembangan Bahasa) UIN Walisongo Semarang sejak 2019.

Dalam acara ini pemateri menyampaikan bahwasannya “semua ilmu itu seperti rumah, yang mana setiap rumah pasti memiliki pintu yang digunakan untuk memasukinya. Sama halnya seperti ilmu, setiap ilmu memiliki pintu yang digunakan untuk memasuki bidang ilmu tersebut,dan permasalahannya sekarang adalah tidak setiap orang mau untuk memasukinya,dan tidak semua orang mau untuk mencoba mengetuk pintu tersebut”

Sosok yang juga berkecimpung dalam bidang pengembangan bahasa UIN Walisongo Semarang ini juga menuturkan “Dengan Bahasa Seolah Engkau Menguasai Dunia”. Karena dengan bahasa juga adalah modal utama kita dalam berkomunikasi terlebih ketika akan membangun relasi dengan orang orang mancanegara. Selain berkontribusi dalam PPB UIN Walisongo Semarang, beliau juga dikenal sebagai Dosen di Fakultas Syariah dan hukum UIN Walisongo Semarang.

Dalam simulasi pelatihan Imka ini, beliau membagikan kunci sukses yaitu adalah dengan belajar dan ikhtiar. Dan beruntunglah bagi mahasiswa karena sudah dibekali juga SKS Bahasa Arab yangmana PPB sendiri yang telah menerbitkan buku untuk dijadikan bahan ajar di bangku perkuliahan. “Tidak mungkin kita mencontohkan cara membuat sate, tetapi kita menyuruhnya membuat soto”, papar beliau. Filosofi diatas merupakan perumpamaan, bahwasannya apa yang terdapat dalam Buku Bahasa Arab 1&2 yang diterbitkan oleh PPB UIN Walisongo Semarang merupakan buku panduan untuk bisa lulus IMKA, “ karena apa yang nantinya di ujikan sama persis seperti yang terdapat di dalam materi pembahasan 2 buku tersebut. Sama persis bukan berarti retorika buku dengan retorika ketika ujian akan sama, tentu jelas berbeda karena namanya saja ujian”. Papar beliau.

Untuk dapat menjadi alumni yang intelek, professional, dan berbudi luhur, alumni UIN Walisongo seharusnya menyikapi salah satu syarat kelulusan (TOEFL&IMKA) dengan persiapan yang matang dan tekad yang sungguh.

“Kenapa harus ada IMKA dalam syarat kelulusan?” banyak orang bertanya mungkin tentang hal tersebut. Setelah diterbitkan SK Rektor tahun 2012 tentang Program Intensif Bahasa (PIB), SK Rektor tahun 2016 tentang regulasi pelaksanaan PIB &Ujian bahasa, dan dengan dibuat kurikulum Tahun 2020 tentang PIB 2 sks, maka tujuan di adakannya test IMKA pada mahasiswanya itu bertujuan untuk mempermudah mahasiswanya sendiri untuk menuju kehidupan yang lebih baik lagi nantinya,. Selain itu juga tes IMKA membekali mahasiswanya untu dapat dijadikan sebagai:

المعايير& المكاييل (alat ukur)

الإتصال (memudahkan dalam berkomunikasi)

الثقافة (memenuhi kebutuhan)

الحضارة (membentuk peradaban)

Ujian Imka biasanya berbentuk Essai, Multiple Choice, Analisis Teks, dan Insya’. Dalam ujian biasanya terdiri dari Istima’ 30%, Kalam 20%, Qira’ah 30%, dan Kitabah 20%. Yang mana kalkulasi tersebut jika mahasiswa ingin mendapatkan point tinggi maka keempatnya harus memenuhi standar persentase tersebut.

Beliau menjelaskan model istima’ seperti: Hiwar, Qira’ah maqtu’ah. Dalam soal istima’ biasanya berisi soal seputar kalimat sapaan dan mahasiswa dituntut untuk dapat memahami apa yang sedang dibicarakan seputar, siapa tokohnya, dimana latarnya, dll. Dalam soal jenis kalam terdiri dari hifdzul ‘ibarah, hifdzul adawaatil istifham, ma’rifat jumlah mufidah, dan tarkiiz. Dalam soal jenis Qira’ah  mahasiswa dituntut untuk dapat memahami bacaan teks, ikmal maqru’u, dan ta’yiynu bayna sohih wal khoto’, dan terakhir dalam soal kitaabah perintah soalnya adalah tartiibu kalimat, tartiibu jumlah, dan tarjim.

Terakhir beliau memaparkan sekaligus menutup acara pada pagi hari itu dengan mengutip ungkapan Imam Ghazali, Rajulun laa Yadri wa Yadrii annahu Laa yadri.  Bahwa menurut beliau, manusia perlu berada pada fase ketidaktahuan yang disebutkan Imam Ghazali tersebut.  

“Kunci sukses seseorang adalah dengan niat, tekat dan nekat. Dan tiap insan harus dapat mengetahui bahwa diri kita tidak tahu maka dari itu harus mencari tahu agar dapat tahu”.

Arifana Nur Kholiq

Reporter: Resti Farikhah Zulaefa & Ulfa Choironi

Penyunting : Azkiya Tsany