Be-songo.or.id – Semarang, Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang adakan acara Pasca Liburan (Pascalib), Ahad (06/02/2022). Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan pasca liburan yang berlangsung selama 9 hari Sabtu-Ahad (5-13 Februari).
Di sesi ini, kegiatan berlokasi di dua tempat. Asrama B13 untuk kelas 1 dan 3, Asrama B9 untuk kelas 2 dan 4. Kepada para santri Ustaz Muhammad dan Ustaz Ibnu Fikri menjelaskan materi tentang modal pesantren dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Pesantren sejatinya mempunyai modal besar untuk menyebarkan perdamaian. Karena pesantren ini sistem pendidikan asli Nusantara yang berbasis sosio-kultural, sehingga para santrinya paham akan ilmu agama juga dalam akhlaknya.
Dan diantara modal utamanya adalah karisma kiai/pengasuh, kurikulum yang moderat, sanad keilmuan yang luas dan saling berhubungan dengan pesantren atau ulama lain secara global tidak berhenti hanya di Indonesia saja.
“Selain itu pesantren juga memiliki kekuatan otoritas sendiri yang tidak terikat oleh apapun, sehingga mereka tau mana yang dibutuhkan oleh lingkungannya terait masalah yang terjadi dan apa yang harus dilakukan,” tambah kandidat penerima Ph.D di Vrije Universiteit Amsterdam (VU Amsterdam) tersebut.
Menciptakan kedamaian merupakan suatu keharusan yang tertanam pada diri manusia ketika mereka merasa terancam eksistensinya. Dan pesantren pada masa penjajahan kolonial Belanda dan Orde Baru sebagai salah satu institusi yang melakukan perlawanan untuk berjuang dan bangkit.
“Tokoh nobel perdamaian seperti Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela juga melakukan itu ketika India dijajah oleh Inggris dan dalam memperjuangkan anti Apartheid,” jelas Beliau.
Ustaz Muhammad juga mengatakan, untuk mewujudkan suatu perdamaian itu membutuhkan banyak persesuaian. Karena tidak terwujudnya perdamaian itu karena adanya konflik. Dan adanya konflik salah satunya disebabkan adanya perbedaan.
“Konflik itu sebenarnya natural. Dan konflik itu ada ketika perbedan muncul. Karena dari perbedaan-perbedaan ini, muncul gesekan-gesekan antar kelompok,” tuturnya.
Ditambahkan, sebab munculnya gesekan-gesekan itu dikarenakan perbedaan yang berlandaskan kepada tujuan yang berbeda. Tujuan yang sama pun kadang masih menimbulkan gesekan-gesekan. Sepertihalnya ada tiga orang yang memiliki tujuan sama tapi berbeda alat transportasinya, pasti akan timbul argumentasi yang berbeda-beda.
“Konflik itu tidak bisa dihindari, ketika kita didefinisikan sebagai sebuah perbedaan. Tapi, konflik itu ketika dibina dengan baik, maka kita bisa timbul kompetisi yang bisa menyebabkan manusia itu bertumbuh,” jelasnya.
Akhir katanya, Kita bisa mempromosikan Islam moderat dengan cara yang moderat. Kita harus ingat cara para Walisongo dalam berdakwah. Prosesnya panjang dan penuh penyesuaian mulai dari memakai alat musik, wayang dan sebagainya. Itu perlu proses yang panjang dan bergenerasi.
Reporter: Khilda Athiyah
Editor: Imam Mawardi