Sabtu, 16 Desember 2023 diselenggarakan Pelatihan dan Orientasi Da’iyah Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighoh (JPPPM) Kota Semarang di Gedung Kemenag, Manyaran, Semarang. Dihadiri oleh para Bu Nyai dan Nawaning Kota Semarang. Diikuti oleh 22 pondok pesantren yang bergabung di JPPPM Kota Semarang. Pelatihan ini diisi oleh 2 pemateri yaitu Bu Nyai Dr. Hj. Arikhah, M.Ag. dan Bu Nyai Lathifah Sulastri. Ketua umum JPPPM Kota Semarang mengatakan, pelatihan ini menjadi silaturahmi untuk kita.
Sebelum masuk ke materi Dr. Hj. Arikhah mengatakan, persoalan dakwah itu sangat penting karena masing-masing kita sesungguhnya berkewajiban untuk berdakwah, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 104. Beliau juga menjelaskan beberapa hal yang disebut dengan aktivitas dakwah sehingga nanti dapat disimpulkan apakah hal tersebut termasuk dakwah atau bukan.
“Adapun mendidik anak, memberdayakan masyarakat (melalui pendidikan non-formal), berdagang, menulis (dakwah bil-qalam), dan silaturahmi itu juga termasuk aktivitas dakwah,” kata beliau.
Dakwah itu menurut Umi Arikhah tidak sekedar memegang mic, karena sesungguhnya dakwah itu adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna. Baik itu terhadap pribadi, maupun masyarakat. Jika ditelusuri di dalam Kamus Al-Munawwir dakwah itu artinya memanggil, mengajak, mendorong, menyeru.
“Untuk terus menjadi lebih baik itu tidak selalu memakai mic, tetapi juga dapat dilaksanakan dengan menulis dan sebagainya,” pungkas Umi Arikhah.
Dikarenakan begitu luasnya ruang lingkup dakwah menurut Umi Arikhah, maka kalau kita berdakwah niatkan menjalankan perintah Allah, kalo kita sudah syahadat artinya tidak ada yang dipentingkan, tidak ada yang diutamakan, tidak ada yang menjadi tujuan akhir kita kecuali Allah subhanahu wa ta’ala.
Umi Arikhah menjelaskan, jika kita mau berdakwah harus memahami dengan pasti unsur-unsurnya: pertama, harus ada subjeknya (pelaku dakwah). Pelaku dakwah tidak harus perorangan akan tetapi bisa organisasi atau kelompok. Kedua, objek yang meliputi usia, hobi, pekerjaan, budaya, seta geografi. Ketiga, materi. Materinya dapat berupa akidah, syariah, muamalah, akhlak. Keempat, metode. Metode yang digunakan dalam berdakwah berupa metode bil-lisan, bil-hal, bil-mal dan bil-qalam. Kelima, media. Media yang digunakan berupa media cetak, elektronik, visual, audio-visual, dan internet. Keenam, adanya tujuan. Adapun tujuannya dapat berupa software yang meliputi medsos, program penyiaran, perdagangan, seni budaya, organisasi, dan sebagainya. Hardware yang meliputi laptop, sound system, dan sebagainya.
Ibu Nyai Lathifah Sulastri menjelaskan, tips yang pertama menjadi penceramah itu harus punya planning yaitu pembukaan, inti, dan kesimpulan. Kedua, sebagai penceramah kita harus mempunyai manajemen dakwah. Ketiga, menguasai audiens, komunikatif dengan audiens. Keempat, cara berjalan ke panggung, memegang mik, dan mimik (raut wajah). Kelima, harus memperhatikan penampilan. Keenam, harus memiliki hati yang suci.
Oleh: Lintang Safriana Nur (Santri Ponpes Darul Falah Besongo dan Mahasiswi UIN Walisongo Semarang)
Editor: Sholahuddin