Be-songo.or.id

Pemred SigiJateng.id Tekankan Pentingnya 5W + 1H dalam Tulis Berita

Pondok Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo Semarang adakan Workshop Kepenulisan yang bertajuk ‘Upgrading Kapasitas Jurnalistik Efektif Bagi Santri’, Sabtu (01/10/2022).

Pemimpin Redaksi Media Online Sigijateng.id Aris Syaefudin selaku Pemateri menyampaikan, wawancara adalah salah satu langkah untuk mendapatkan data-data suatu kejadian, kemudian dibentuk menjadi informasi baik secara lisan ataupun rekaman.

“Kegiatan wawancara sebenarnya menjadi efektif dan efisien apabila kita mengetahui teknik dan rencana wawancara yang benar, yaitu pertama mencari topik yang akan diliput. Mengandung unsur-unsur menarik, penting, memiliki makna yang berpengaruh dan menguasai tema,” ujarnya.

Kemudian, kedua, melakukan riset dan pendalaman materi. Ini bisa dilakukan dengan search google, membaca buku atau bertanya ke ahlinya.

Lalu, ketiga, tentukan narasumber. Dalam memilih narasumber tidak boleh sembarangan, harus kepada orang yang menguasai di pembahasan tersebut. Tahu persoalan dan kalo bisa lebih dari satu.

Lanjutnya, keempat, menentukan angle yang menarik. Angle ini akan membedakan antara wartawan satu dengan wartawan lain. Dan kelima, menyusun daftar pertanyaan. Dalam menyusun pertanyaan, harus ada 5W+I H, yaitu what (apa), who (siapa), where (di mana), when (kapan), why (kenapa), dan how (bagaimana).

“Dalam wawancara, tanyakan 5 W + 1 H, jawabannya nanti itu yang ditulis jadi berita. Tetapi jangan paksa 5 W + 1 H berada dalam satu paragraf. Namun, pastikan pembaca mengetahui isi berita saat membaca paragraf pertama,” tuturnya.

Dikatakan, setelah persiapan wawancara, yakni pelaksanaan wawancara. Sebisa mungkin kita harus mencatat. Kalo tidak, bisa pakai rekaman.

“Jangan pernah merasa karena masih muda memiliki daya ingat tinggi sehingga malas untuk mencatat atau merekam. Karena kekuatan daya ingat manusia itu terbatas,” jelasnya.

Menurutnya, karena dengan wawancara yang tercatat itu nanti kita bisa membuat kalimat langsung. Dan orang si pembaca, juga akan lebih mengetahui gaya bahasa si narasumber.

“Kita juga harus menjadi pendengar yang baik. Artinya, ketika jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan, kita jangan langsung memotong. Tunggu beberapa saat, setelah itu, kembali ke pertanyaan awal. Ini penting. Karena, ketika pertanyaan ada yang belum jelas, harus berani untuk bertanya lagi,” jelasnya.

Disampaikan, membuat berita tidah harus melakukan wawancara, tetapi alangkah baiknya ketika ingin membuat berita seperti yang sudah kita rencanakan, maka harus wawancara.

“Juga kita harus menghormati hak-hak narasumber. Ketika narasumber menceritakan banyak hal, dan narasumber minta rekaman dimatikan, maka ini jangan diberitakan,” terangnya.

Menurut Aris Saefudin, setelah wawancara selesai, anda harus segera mentranskip hasil wawancara. Jangan ditunda- tunda, nanti akan muncul kemalasan. Dan imbasnya agak lupa situasi ketika wawancara.

“Ketika mentranskip, diusahakan harus semua. Tapi, kalo waktunya terbatas, jangan semua. Tapi pilih sesuai angel yang anda angkat,” pungkasnya.

Reporter: M. Adela Alvin (Mahasantri Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa Ilmu Falak angkatan 2022)

Editor: M.Raif Al Abrar