Istilah mendidik bukanlah kata-kata yang asing lagi bagi para santri, terutama bagi seorang yang telah berkeluarga. Meski bukan hal yang baru, ternyata banyak orang tua yang (maaf) menyepelekan atau kurang perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya. Mereka lebih memilih untuk memasukkan putra-putrinya ke sekolah atau pondok di usia dini dari pada memberi pendidikan dari diri mereka sendiri. Entah karena lebih simpel atau karena merasa kurang mampu untuk mendidik sendiri anaknya. Tentu mereka punya alasan tersendiri.
Padahal sebenarnya seorang anak justru lebih membutuhkan pendidikan dari orang tuanya sendiri ketimbang memperoleh pendidikan dari luar. Karena pendidikan dari orang tua lebih berharga dalam pembentukan karakter anak dan lebih tahu cara mendekatkan anak pada Allahnya. Sedangkan pendidikan di sekolah formal cenderung memperkenalkan pengetahuan umum.
Berawal dari fenomena inilah lahir sebuah buku yang berjudul “Tiada Tangan yang Bengkok Bayangannya Lurus” (TTYBBL) karya Tub Yawaladie (nama asli: Widi Muryono). Buku ini menguak sebuah pendidikan yang terfokus pada pentingnya peran orang tua dalam membangun keagamaan dan akhlak seorang anak.
Sebagaimana judul buku di atas, kata ‘tangan’ diartikan sebagai orang tua, sedangkan ‘bayangan’ diartikan sebagai anak. Sekilas, maksud dari judul tersebut ialah tidak ada anak yang buruk (baik agama maupun akhlaknya) lahir dari orang tua yang baik (agama dan akhlak).
Buku islami ini diterbitkan dengan maksud mengajak semua orang -tidak hanya bagi orang yang sudah berkeluarga- untuk belajar tentang langkah apa yang tepat bagi orang tua dalam mendidik anaknya. Dengan tujuan agar mampu melahirkan generasi muda yang baik dan berkualitas. Tidak hanya baik dalam hal akademik, tetapi juga dalam hal agama dan akhlak.
Selain mengajak pembaca bermuhasabah dan tirakat, salah satu karya pak Widi ini menginspirasi dan membuat para pembacanya melek akan pentingnya mendidik anak dengan keringatnya sendiri. Terutama bagi para orang tua dan generasi muda yang akan menjadi orang tua juga kelak.
Kusdiyana, pembahas buku TTYBBL, memandang pendidikan anak dari dua points of view. Sehingga terdapat dua kemungkinan makna yang terkandung pada judul buku tersebut, yaitu “Tangan yang bengkok bayangannya lurus” dan “Tangan yang lurus bayangannya bengkok”. Apabila dianalogikan, maka tiada orang tua yang buruk memiliki anak yang baik dan tiada orang tua yang baik melahirkan anak yang buruk.
Jadi, tidak bisa dijadikan patokan bahwa orang tua yang buruk mempunyai keturunan buruk atau sebaliknya. Semua itu tergantung pada ikhtiar masing-masing individu, baik orang tua maupun anak. Akan lebih baik jika para orang tua atau calon orang tua mempersiapkan diri sejak awal supaya bisa mendidik anaknya sebaik mungkin. Seperti dalam Firman Allah yang artinya: “Aku tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang berusaha mengubahnya”. Dengan banyak ikhtiar, Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi hambanya sesuai yang diusahakan.
(By: Ruroh)