Be-songo.or.id

PESANTREN; SANTRI BERMORAL, KREATIF DAN INOVATIF

Tetapi realita membuka peluang terhadap sebuah kritik membangun. Muncul anggapan bahwa santri atau alumnus pesantren tidak memiliki skill lain selain dalam bidang agama. Mereka pun tidak mempunyai pilihan selain menjadi guru ngaji setelah purna dari masa belajar di penjara suci tersebut.

Namun faktanya, tidak semua pesantren didirikan hanya sebagai tempat belajar agama saja. Ada banyak pesantren yang juga menjadi pusat pengembangan skill. Seperti pada pesantren Life Skill Darul Falah (DAFA) Semarang. Pesantren yang khusus menerima santri perempuan (santriwati) ini diasuh oleh Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag. Di pesantren tersebut, para santriwati telah diasah kemampuannya dalam berbagai bidang. Selain belajar agama, mereka juga dilatih beberapa keterampilan seperti memasak, menjahit, membuat berbagai kerajinan, juga dilatih untuk terampil berbahasa asing (Arab & Inggris).

Pesantren sangat identik dengan pendidikan agama. Namun, agama takkan berarti apa-apa tanpa hiasan moralitas, begitu pula sebaliknya. Karena moral yang bersumber dari agama akan menjadi kuat dan tahan terhadap berbagai benturan zaman sehingga agama akan tetap memposisikan “manusia sebagai manusia”. Karena itulah pendidikan moral merupakan hal yang wajib disajikan dalam setiap satuan pendidikan berbasis pesantren.

Seperti yang diungkapkan oleh Prof. John Oman; “if religion without morality lacks a solid earth to walk on, morality without religion lacks a wide heaven to breath in”. Jika agama tanpa moralitas, bagaikan kekurangan tanah untuk berjalan diatasnya, jika moralitas tanpa agama, bagaikan kekurangan surga langit untuk bernafas.

Hal ini tidak berbeda dengan pengembangan skill dalam pesantren. Pendidikan pesantren yang dilengkapi dengan pengembangan skill akan mewujudkan nilai estetika yang tinggi pada diri santri.  Karena santri yang telah menguasai skillnya akan memiliki gaya hidup yang kreatif, tidak suka ikut-ikutan, dapat menghargai orang lain, dan akan memiliki penyediaan resource yang berlimpah.

Di zaman globalisasi ini, agama sebenarnya sudah mulai “ditinggalkan”. Pesantren pun dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal. Akhirnya menyusupkan berbagai pelatihan pengembangan skill pun dianggap perly. Pendidikan pesantren dalam bidang agama dapat meneguhkan iman serta moralitas para santri. Sedangkan pendidikan pengembangan skill dapat menghasilkan santri yang kreatif dan inovatif.

Oleh karena itu, pendidikan dalam pesantren harus dilengkapi dengan pendidikan pengembangan skill, untuk mewujudkan santri yang berkualitas dan tidak ketinggalan zaman. [Diana MY]