Be-songo.or.id

Riwayat Hikmah Penuh Berkah Bulan Sya’ban

Keutamaan Nishfu Sya’ban

Nabi SAW bersabda: “Rajab syahrullah (Rajab bulannya Allah), wa sya’ban syahri (Rajab adalah bulanku). Wa ramadan syahru ummati (dan Ramadan bulannya umatku), (Ismail al-Asbahani, At-Targhib wa At-Tarhib, Jilid 2, hal. 396).

Habib Hasan bin Ismail Al-Muhdor dalam kanal YouTube Ahbabul Mustofa, terkait hadis di atas, mengatakan, “kalau kita mengagungkan Nabi Muhammad SAW, maka kita agungkan pula bulan Sya’ban, karena Sya’ban adalah bulannya Nabi Saw.” Oleh karenanya, Sya’ban menjadi bulan yang mulia.

Kemuliaan Nabi Harumkan Sya’ban

Lantas, mengapa Sya’ban dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw? Ternyata, pada bulan Sya’ban ada peristiwa turunnya ayat al-Qur’an yang popular dan sering kita baca. Ayat ini menjunjung tinggi derajat Nabi Muhammad Saw. Berikut ayatnya:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 “Sesungguhnya Allah dan malaikatnya selalu bersalawat kepada Nabi Muhammad, maka hendaknya kamu orang-orang mukmin, salawatlah dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.” (Q.S. Al-Aḥzāb [33]:56)

Habib Hasan bin Ismail lebih lanjut mengatakan, ayat salawat ini turun pada bulan Sya’ban. Kalau kita telaah lebih dalam lagi, betapa agungnya Nabi Muhammad di hadapan Allah sehingga sebelum Allah memerintahkan kita untuk bersalawat, Allah memberi contoh Zat-Nya yang agung bersalawat kepada Rasulullah Saw.

Dikatakan, malam 15 Sya’ban termasuk satu malam di antara lima malam yang siapa saja berdoa akan dikabulkan oleh Allah. Kelimanya yaitu; malam pertama di bulan Rajab, malam Nisfu Sya’ban, malam Jum’at, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha (Jalaluddin as-Suyuthi & Abdurrahman bin Abi Bakr, Jami’ al-Ahadits, Jilid 12, hal. 310).

Di lima malam ini, doa dikabulkan oleh Allah dan disunnahkan untuk menghidupkan malam-malam ini. Sayyidina Ali Bin Abi Thalib setiap malam 1 Rajab dan malam Nisfu Sya’ban, semalam suntuk beliau tidak tidur untuk beribadah dan mengerjakan ketaatatan di malam tersebut.

Sehingga, hendaknya setiap diri kita betul-betul membedakan malam Nisfu Sya’ban dengan malam yang lain. Dengan menambahi taat, ibadah, dan amal saleh. Banyak riwayat yang menyatakan bahwa di malam Nisfu Sya’ban, Allah menetapkan takdir kita. Takdir kita dalam setahun itu, ditetapkan di malam Nisfu Sya’ban.

Oleh karena itu, di malam tersebut para ulama betul-betul berdoa. Maka, Ahli Sunnah Wal Jamaah dari guru-guru kita di malam-malam istimewa seperti ini, kita diajarkan untuk beramal-amal yang istimewa. Kemudian dipilihlah oleh para salihin kita yaitu ulama, pilihan yang indah di malam itu dengan membaca Yasin tiga kali.

Tradisi Yasinan dan Doa Hajat Dunia

Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki menjelaskan dalam Ma Dza Fi Sya’ban, tak ada larangan bagi seseorang yang mengiringi amal salehnya dengan permintaan dan permohonan hajat agama dan dunia, jiwa dan raga, lahir dan batin. Siapa saja yang membaca Surat Yasin atau surat lainnya dengan ikhlas lillahi ta‘ala sambil memohon keberkahan pada usia, harta, dan kesehatan, maka hal itu tak masalah.

Artinya, orang ini telah menempuh jalan yang baik (dengan catatan ia tidak meyakini bahwa amal salehnya itu disyariatkan secara khusus untuk hajat tersebut). Silakan membaca Surat Yasin 3 kali, 30 kali, 100 kali, atau mengkhatamkan 30 juz Al-Qur’an secara ikhlas lillahi ta‘ala diiringi dengan permohonan atas segala hajat, doa agar harapan terwujud, permintaan agar dibukakan dari kebimbangan, pengharapan agar dibebaskan dari kesulitan, permohonan kesembuhan dari penyakit, permintaan kepada Allah agar utang terbayar.

Allah senang terhadap hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya atas pemenuhan hajat apapun termasuk hajat atas garam pelengkap masakan dan hajat atas tali sandal yang rusak. (Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban, cetakan pertama, 1424 H, hal. 119).

Oleh: Sholahddin (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo )

Editor: Ahmad Nizar