Be-songo.or.id

Santri Besongo Hadiri Seminar Santri Milenial

IMG_20180428_121245_HDR_1524913006292

Semarang – Dalam rangka haflah akhirussanah, Sabtu (28/04) Pondok Pesantren As-Shodiqiyyah Semarang menyelenggarakan seminar yang berlangsung di aula pesantren. Seminar nasional ini mengundang peserta dari beberapa pondok pesantren yang ada di kota Semarang, termasuk Pondok Pesantren Darul Falah Besongo yang mendelegasikan empat santri.

Tujuan diadakannya seminar kali ini adalah menambah wawasan santri menghadapi canggihnya teknologi di era milenial.

“Diselenggarakannya seminar nasional bertema Tradisi Intelektual Santri dalam Menghadapi Era Milenial adalah sebagai ajang mempererat tali silarurrahim antar pondok pesantren di kota Semarang dan menambah wawasan serta bekal santri untuk bisa survive di zaman serba teknologi ini” tutur ketua panitia ketika diwawancarai oleh tim Jurnalis Al Qolam Besongo.

Seminar diawali dengan sambutan dari Gus Itqon, panggilan akrab para santrinya selaku pengasuh as-Shodiqiyyah. Seminar yang diikuti sekitar 100 mahasantri ini mendatangkan tiga narasumber. Narasumber pertama adalah Agus Irfan, S.HI., M.PI., pengasuh pesantren mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Menurutnya, untuk menghadapi zaman milenial santri harus cerdas, dinamis dalam segala situasi dan bijak menggunakan media sosial.

Materi kedua disampaikan oleh Abdullah Ibnu Tholhah, M.Pd., dosen UIN Walisongo Semarang. Dalam muqodimah-nya, dosen nyentrik ini memberikan ulasan tentang sejarah kebudayaan hingga bisa masuk ke dunia pesantren. Kaitannya dengan era milenial, sebagai dosen Pendidikan Seni beliau berpandangan bahwa santri harus mempunyai nilai estetika supaya perannya dapat diterima oleh masyarakat.

IMG_20180428_113644_HDR_1524913176356

Muhammad Hanif, M.Hum. selaku pemateri ketiga mengurai peran karakter santri di era milenial. Menurut dosen IAIN Salatiga tersebut, santri harus mempunyai empat nilai plus, yaitu keikhlasan, kesederhanaan, tawadhu’ (rendah hati), dan budi pekerti yang baik. Di akhir pemaparan, beliau berpesan bahwa santri harus melek teknologi dan lanyah bahasa Inggris yang tentunya didasari intelektual yang mumpuni sehingga era milenial bisa dimenangkannya.

Usai pemaparan dari ketiga narasumber, acara dilanjutkan dengan dialog interaktif. Moderator membuka beberapa pertanyaan untuk peserta. Setelah semua pertanyaan dari audiens dijawab oleh ketiga narasumber, rangkaian acara diakhiri dengan kesimpulan oleh moderator.

“Santri dalam menghadapi tantangan era milenial harus percaya diri, mengisi media sosial dengan konten damai dan cerdas serta menguasai intelektual yang didasari akhlakul karimah”, pungkasnya. (izam/red)

REKOMENDASI >