Be-songo.or.id – Semarang, Santri di sini itu setiap orang yang belajar pada kiai jadi bukan yang di pesantren saja. Jadi santri itu bukan hanya seseorang yang berasal dari pondok pesantren saja, melainkan orang yang mempunyai ilmu dan akhlaqul karimah. Bukan hanya 2 hal ini, seorang santri juga harus mempunyai gambaran tentang masa depannya, dengan gambaran yang diinginkan perlu untuk memiliki panutan, agar tidak salah arah dalam memilih.
Demikian yang disampaikan Ustaz Imam Yahya saat menjadi narasumber dalam stadium general di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo, Sabtu (12/2/2022) bertajuk ‘santri mendunia, merawat tradisi nusantara. Tentang bagaimana para santri menyebarkan agama Islam, dan juga risalah-risalah keislaman.
“Ulama-ulama nusantara dulu seperti Syekh Nawawi al-Bantani, itu sudah dijadikan rujukan keilmuan. Berbekal dari banyaknya kitab yang dikarang oleh Beliau,” papar Ustaz Yahya.
Dikatakan dari sekitar 36 kitab Syekh Nawawi yang dicetak banyak diantaranya yang dikaji di Timur Tengah sebagai referensi keilmuan. Belum lagi khazanah pemikiran beliau yang tidak berbentuk buku.
“Dan ulama Indonesia kini juga sebeneranya bisa mendunia, tapi karena kurangnya penerjemahan ke bahasa asing sehingga mereka yang ingin mengakses kesusahan. Jadi yang terpenting di sini itu bagaimana kita bisa menyampaikan gagasan kita,” jelasnya.
Peran seorang santri dalam kampanye keilmuan Islam yang ada di Nusantara ini adalah dengan memaksimalkan penggunaan teknologi untuk menyebarkan ajaran agama Islam.
“Ini adalah tugas kita semua bagaimana untuk mengkampanyekan agar Islam nusantara itu tidak hanya dikenal oleh kita tapi juga masyarakat pada umumnya,” tambahnya.
Santri Bisa Mendunia
Dipaparkan juga, bahwa dalam mendapatkan wawasan keislaman itu, bukan hanya melalui buku, kitab. Namun dalam era digitalisasi ini dapat dengan mudah dijamah melalui web, media sosial, dan lain-lain. Karena dengan adanya era digitalisasi ini, sebagai orang yang mencari ilmu juga perlu memilah informasi yang memiliki rujukan agama yang kuat atau malah sebaliknya.
“Tidak ada hal yang tidak bisa di capai, asalkkan dengan teguh pendirian. Seorang santri bisa melanglang buana kemana-mana, bahkan hingga ke kancah internasional,” jelas alumnus jurusan Hukum Islam, Fakultas Syariah, IAIN Walisongo Semarang itu.
Ini membuktikan bahwa seorang santri bisa eksis mengikuti zaman, tanpa melenceng dari ajaran agama Islam. Tiga kunci yang dapat dilakukan santri untuk mencapai kesuksesan yaitu, pertama, logic (mempunyai kompetensi akademik yang mapan). Kedua, communication (menyampaikan gagasan dengan bahasa yang baik). Ketiga, decision (mampu menyelesaikan masalah dengan baik).
Konten yang lebih digemari generasi Y&Z mengandung rujukan agama yang kuat, mampu menjawab problem umat, tegas, humoris, dan juga terkenal.
Reporter: Anita Rahma F.
Editor: Imam Mawardi