Peristiwa atau suatu kejadian tertentu sering kali terjadi dalam kehidupan di dunia ini. Peristiwa-peristiwa tersebut sangat beraneka ragam, kadang masuk akal sehingga menjadi biasa saja, ada juga yang diluar akal naluri manusia normal. Yang lantas kita sebut dengan kejadian luar biasa. Hal inilah yang dikenal dengan sebutan khariqul adat. Khariqul adat berasal dari dua kata, yaitu khariq yang bermakna menyalahi atau menembus koyak, dan al-‘adat adalah kebiasaan. Jika digabungkan, khariqul adat berarti beberapa perkara yang menyalahi kebiasaan.
Peristiwa atau perkara yang dapat menyalahi kebiasaan dalam pembahasan ilmu tauhid ada enam perkara. Yang kesemuanya itu hukumnya boleh secara akal. Boleh secara akal dalam ilmu tauhid juga disebut dengan “Jaiz ‘Aqli” yang definisinya adalah sesuatu yang menerima ada dan tiada pada dzatnya. Artinya, ada dan tiadanya bisa diterima oleh akal, meskipun menyalahi adat dan kebiasaan. Contohnya, kita tau dan memang sudah kebiasaannya bahwa api itu panas dan bisa membakar, itu memang sudah menjadi adat (sudah biasanya) api itu bersifat panas. Namun ketika api tidak panas, dingin misalnya, maka ia sudah menyalahi kebiasaan. Lantas, apakah secara hukum aqli bertentangan? Tentu tidak. Kita berpatokan pada definisi jaiz ‘aqli, yaitu sesuatu yang menerima ada dan tiada pada dzatnya. Ia dapat terjadi, juga tidak terjadi. Kenyataannya hal ini pernah terjadi ketika Nabi Ibrahim AS saat dibakar hidup-hidup oleh tantara Raja Namrud, namun nyatanya beliau tidak terbakar Allah SWT menjadikannya dingin.
Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani dalam salah satu kitab karangannya yang berjudul, “Bahjatul Wasa-il bi Syarhil Masa-il alar Risalah al-Jami’ah” menyampaikan sekelumit beberapa kisah-kisah perkara yang diluar kebiasaan.
- Mukjizat
Mukjizat ialah perkara di luar kebiasaan yang diperlihatkan oleh Allah melalui rasul dan nabi-Nya setelah diutus atau diangkatnya mereka, untuk membenarkan kenabiannya dan mengalahkan mereka yang menentangnya. Contohnya seperti kisah nabi Isa AS yang dapat menghidupkan orang mati, Nabi Ibrahim yang tidak terbakar oleh api karena Allah menjadikannya dingin, air keluar dari sela jari Nabi Muhammad SAW dan banyak contoh mukjizat lainnya.
2. Irhash
Irhash sama seperti mukjizat. Tetapi ia muncul sebelum masa kenabian (bi’tsah) sebagai pengantar atau permulaan dari alamat kenabian, seperti peristiwa bebatuan dan pepohonan yang mengucapkan salam kepada nabi Muhammad dan dibelahnya dada beliau ketika masa kanak-kanak. Termasuk kisah Nabi Isa as yang sewaktu beliau masih bayi dalam buaian ibunya, beliau berbicara kepada orang-orang yang melecehkan ibunya.
3. Karamah
Karamah atau keramat juga masih sama seperti mukjizat. Namun karamah Allah diperlihatkan melalui orang-orang saleh dan para auliya (selain Nabi dan Rasul). Seperti karamah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang banyak kita dapatkan dalam buku-buku biografinya. Juga kisah Sayyidah Maryam Ketika dalam pengawasan Nabi Zakariya as, Maryam ditempatkan dalam suatu tempat yang tidak diperbolehkannya seorangpun masuk selain Nabi Zakariya. Suatu saat beliau keluar meninggalkannya dari tempat tertutup itu dan menguncinya dengan tujuh pintu. Dan Ketika masuk kembali untuk berkunjung ternyata malah ditemukannya berbagai buah-buahan musim panas ketika musim dingin, dan buah-buahan musim dingin ketika musim panas di samping Sayyidah Maryam. Oleh karena itulah Nabi Zakariya merasa takjub dan terheran atas peristiwa tersebut dan menanyakan kepadanya bagaimana rizqi tersebut bisa masuk dan berada disitu sedangkan tempat tersebut sangat tertutup, dijaga ketat dengan tujuh pintu yang kesemuanya terkunci dan diawasi oleh para penjaga. Dan jawaban Sayyidah Maryam “Sesungguhnya ini semua dari Allah SWT. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan”.
Begitu juga kisahnya Sayidah Fathimah, yang ingin menghadiahkan dua potong roti dan sepotong daging dalam sebuah wadah yang tertutup untuk beliau berikan kepada ayahnya yakni Baginda Rasulullah saw sehingga membuat beliau terkesan, beliau kemudian membawa semua itu dan mengajaknya pulang, “Ayo kemari putriku.” Ketika Fatimah membuka wadah roti itu ternyata telah penuh roti dan daging. Rasulullah saw. kemudian bertanya, “Dari mana semua ini (wahai Fatimah)?” Fatimah menjawab, “(Semua ini) datang dari Allah, sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada orang yang dikehendaki tanpa perhitungan (sama sekali).” Nabi saw. berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kamu seperti pemimpin perempuan Bani Israil (Maryam).” Rasulullah saw. kemudian mengumpulkan Ali bin Abi Thalib, Hasan, Husein dan seluruh keluarga yang ada, lalu makan bersama sehingga mereka kenyang, dan ternyata makanan itu masih tersisa banyak bahkan bagaikan uutuh seperti sediakala, Fatimah lalu memberikan kepada tetangganya.
4. Ma’unah
Ma’unah atau pertolongan muncul pada orang-orang muslim pada umumnya sebagai bentuk pertolongan Allah kepada mereka, untuk membebaskan mereka dari kesulitan dan kesusahan. Derajat ma‘unah ini tidak mencapai irhash maupun mukjizat meski ia dikategorikan sebagai perkara di luar kebiasaan. Contohya seperti kisah seseorang yang selamat dari terjangan tsunami yang dulu pernah terjadi di Aceh tahun 2004 yang selamat. Orang yang selamat dari kecelakaan seperti kecelakaan motor, dll. Maupun pertolongan lainnya yang Allah berikan kepada orang-orang yang selamat dari bencana alam. Seperti korban yang selamat dari gempa Palu dan Donggala tahun 2018.
5. Istidraj
Istidraj ialah suatu perkara luar biasa yang terjadi pada diri seorang fasik dan hal itu terjadi sesuai dengan tujuannya. Istidroj diperlihatkan Allah melalui orang-orang kafir dan fasik sebagai fitnah, tipuan, dan bencana bagi orang-orang di sekitar mereka. Contoh, orang kafir semakin sejahtera. Orang durhaka menjalani hidup lancar tanpa cobaan. Salah satu kisahnya tertulis dalam Surat Al-Kahfi 32-43, kisah dua orang laki-laki yang berteman. Keadaan mereka satu sama lain berbeda, lelaki pertama merupakan orang yang dicoba dengan kesulitan harta, tetapi memiliki keimanan yang kuat. Sementara lelaki yang satunya lagi diberi kekayaan, tetapi dirinya kufur kepada Allah akibat sifat sombongnya. Kesombongan lelaki tersebut semakin besar saat dia berpikir bahwa hartanya di dunia akan kekal. Ia tidak bersyukur bahwa sebetulnya kekayaan yang ia miliki adalah pemberian Allah SWT. Peristiwa keberlimpahan harta yang ada pada seseorang yang kufur dan fasik inilah yang disebut Istidraj. Padahal dengan memiliki kekayaan bukan berarti kita hebat, justru kita harus bisa bijaksana dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Begitu pula apabila kita diuji dengan kesulitan ekonomi, bukan berarti Allah tidak sayang, melainkan kita diuji agar mampu menjadi orang yang sabar.
6. Ihanah
Ihanah Allah perlihatkan pada siapa yang ingin Dia hinakan, dengan adanya perkara di luar kebiasaan namun tidak sesuai dengan tujuannya, seperti yang pernah terjadi pada Musailimah Al-Kadzzab. Musailimah pernah berdoa untuk orang yang buta satu matanya, agar matanya yang buta itu menjadi sembuh bisa melihat. Namun yang terjadi, alih-alih mata yang buta itu sembuh, justru satu mata yang masih sehat menjadi buta, malah membutakan semua matanya. Kisah lain juga menyampaikan bahwa Musailimah pernah meludah ke dalam sumur supaya menjadi manis rasa airnya. Namun, air sumur itu berubah menjadi sangat asin hingga terasa pahit. Musailamah juga pernah mengusap kepala anak yatim. Tiba-tiba menjadi rontoklah rambut kepala anak itu.
Wallahu a’lam.
Oleh: M. Rifki Priatna (Mahasantri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)