Be-songo.or.id

Sekretaris RMB UIN Walisongo Jelaskan Tiga Cara Membentuk Akhlakul Karimah Menurut Sayyidina Ali

Pondok Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo, Kota Semarang adakan Akhirusanah 2023 yang bertajuk “Merajut Ukhuwah Wujudkan Santri yang Berakhlakul Karimah”, Ahad (30/04/2023).

Acara yang bertempat di Madin Raudlotul Jannah, Perumahan Bank Niaga, Ngaliyan, Kota Semarang ini dimeriahkan oleh penampilan rebana El-Falah.

Sekretaris Rumah Moderasi Beragama (RMB) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Luthfi Rahman menyampaikan ketertarikannya dengan Maqolah Sayyidina Ali yang isinya mengatur bagaimana cara menciptakan Akhlakul Karimah yang melekat pada diri santri dalam kaitannya untuk mewujudkan Ukhuwah Islamiyah.

Baca Juga: Buka Akhirusanah 2023, Kiai Imam Taufiq Pertegas Pentingnya Akhlak Mulia

“Yang pertama, jadilah engkau di sisi Tuhanmu sebaik-baiknya manusia,” ucapnya.

Disampaikan, cara yang pertama mengandung makna bahwa manusia harus berusaha sebaik mungkin dalam menjalin hubungan vertikal (Ubudiyah) terhadap Allah seperti halnya beribadah, menjauhi kemaksiatan dan meningkatkan ketakwaan.

“Redaksi ini sangat tepat sekali sebagai usaha awal yang digunakan untuk meningkatkan ketakwaan diri dan menjauhkan diri dari kemaksiatan,” ujar Ustadz Luthfi yang juga Dosen UIN Walisongo Semarang.

Baca Juga: Semarak Milad ke 13, Pesantren Darul Falah Besongo Adakan Perayaan Pertama Kal

Lanjut beliau, kedua, jadilah seburuk-buruk manusia di hadapan nafsu kita. Manusia harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang yang abai, bangkang, tidak peduli dan tidak mudah dikendalikan oleh hawa nafsu.

“Sehingga nafsu akan menganggap kita sebagai pribadi yang buruk bagi nafsu,” paparnya.

Ketiga, jadilah kamu di hadapan manusia-manusia yang lain sebagai bagian dari manusia yang lain. Cara yang paling penting dalam membangun Akhlakul karimah yakni, manusia harus berusaha menjadi manusia yang memiliki sifat manusia.

“Artinya pribadi yang menghilangkan sifat keangkuhan, keegoisan, merasa paling hebat, paling bisa, paling ‘alim yang menjadikan manusia merasa angkuh dan sombong,” sampainya.

Dikatakan, yang menjadikan iblis masuk ke dalam neraka adalah karena sifat keangkuhan dan kesombonga. Iblis meskipun dulunya adalah makhluk Allah yang taat dalam beribadah dan sangat alim ilmunya.

Baca Juga: Bermodal Pengetahuan untuk Merespon Tantangan Zaman

“Namun, karena Iblis merasa bahwa dirinya yang diciptakan dari api itu lebih baik dari pada Nabi Adam yang diciptakan dari tanah, menjadikan Iblis itu lupa bahwa sujud kepada Nabi Adam itu merupakan perintah dari Allah SWT,” Tuturnya.

Maka dari itu, menurut beliau, sebagai santri harus dapat mengambil pelajaran dari kisah tersebut dengan menghilangkan sifat-sifat kesombongan, keangkuhan, keegoisan agar dapat menjadi cerminan akhlakul karimah bagi masyarakat sebagai jalan untuk mewujudkan ukhuwah islamiyah.

Oleh: *Ilham Mubarok* (Santri Ponpes Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)

Editor: M. Raif Al Abrar