Ketika mata ini terbangun dari tidurnya
Melepas tali pertama-Nya
Tubuh yang bergerak menuju mata air suci
Melepas tali keduanya
Tubuh yang menggerakkan badainya
Untuk menyembah kepada Sang Kuasa
Melepas tali ketiganya
Lurus badan, bagaikan alif yang menancap ke bumi, dalam awal terucap, Allahu akbar…
Terkumpul tangan hormat ini
Dalam setiap rukuk yang bergerak
Menunduk, tanda hormat kepada-Mu
Baca Juga: Kelabu di Genggam-Nya
Bibir yang tak henti-hentinya terucap kuasa-Mu
Hidung yang bernafas beriringan dengan rasa syukur
Setiap kalam adalah cinta
Setiap huruf dan harakat adalah rindu
Dalam pertemuan singkat yang mendamaikan
Do’a-do’a yang terlafadz dalam setiap sujud
Teringat dosa-dosa yang terselubung nafas
Menetes air mata penyesalan dari matanya
Kau… Kau hanya segumpal tanah
Yang diberi nyawa lalu disempurnakan
Lantas atas dasar apa kau meninggalkan kewajibanmu
Jikalau orang miskin yang terpuruk sakit saja masih ingat
Sementara engkau yang bergelimang harta
Mobil lambo, rumah mewah megah bakal istana
Sedikit pun tak ingat
Baca Juga: Pemilik Empat Istri
Lalu fajar hilang berganti dengan terbitnya matahari
Fajar yang terlalu fana menghadiri
Akhirnya berganti oleh cerahnya pagi
Oleh: Nindia Shofiatun N (Santriwati Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswi UIN Walisongo Semarang)