Be-songo.or.id

Sidang Munaqasyah dan Lika-likunya

Muhammad Luthfi setelah melakukan sidang munaqasayah (23/12/2021). (foto: besongo online)

Besongo.or.id – Semarang, Sidang munaqasyah atau sering disebut dengan sidang skripsi merupakan momen paling ditunggu setiap mahasiswa. Pasalnya, sidang ini bisa dikatakan sebagai ujian atau tes terakhir bagi mahasiswa sebagai penentu kelulusan. Masa menjalani kuliah bertahun-tahun akan ditentukan kelulusannya dalam  sidang ini.

Setiap mahasiswa pasti mendapatkan kesan tersendiri saat menjalani sidang munaqasyah beserta tahapan-tahanpannya. Karena setiap mahasiswa tentunya mempunyai kepribadian dan lingkungan yang berbeda pula.

Begitulah yang dirasakan oleh Muhammad Luthfi, mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang pada 23 Desember kamarin melakukan sidang munaqosyah UIN Walisongo. Ia mengatakan, bahwa sidang munaqasyah ini hanya menjadi pengesahan. Tapi itu sangat berarti, utamanya pada saat proses pengerjaan skripsi. Namun dibalik lika-liku dan drama tersebut, mahasantri Darul Falah Besongo angkatan 2017 itu juga menikmati proses demi prosesnya.

“Sangat lega, soalnya sidang itu final dari proses skripsinya. Dan lika-liku yang berat sebenarnya pada saat mengerjakan skripsi itu, sidang hanya ibarat pengesahannya saja. Tentu banyak lika-liku, juga drama didalamnya dan saya juga menikmati itu. Setelah melewati itu tentunya ya lega banget,” ungkap Luthfi melalui pesan WhatsApp, Sabtu (24/12/2021).

Ungkapan kesan setelah melalui sidang munaqasyah juga disampaikan oleh Shofiyyah kepada Besongo Online, (24/12). Ia mengungkapkan sangat bersyukur karena salah satu targetnya sudah tercapai. Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) ini juga menceritakan lika-liku proses skripsiannya, dari mulai pengerjaannya yang harus pulang-pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi, menunggu balasan chat dosen pembimbing (dosbing) yang terkadang hanya sekedar dibaca saja, dan terkadang juga adanya rasa malasa yang tiba-tiba muncul.

“Alhamdulillah lega, salah satu targetnya sudah tercapai. Proses pengerjaannya yang harus bolak-balik ke perpus mencari referensi, karena kebetulan saya mengambil penelitian library research. Mengerjakan revisi juga, nungguin balesan dosen yang kadang cuma dibaca. Waktu mengerjakan juga terkadang ada rasa males, menjadi penyakit yang sering muncul. Tapi balik lagi, ya harus dilawan. Dan alhamdulillah bisa dilewati,” ungkap Shofiyyah, mahasantri Darul Falah Besongo angkatan 2016.

Reporter: Azkiyatun D.

Editor: Imam Mawardi

REKOMENDASI >