Be-songo.or.id

Ziarah: Spiritualitas dan Uri-uri Tradisi Kiyai

WEb

SEMARANG-Selasa, 02/06/2015 Ponpes Darul Falah Be-Songo melaksanakan program kerja santri yaitu ziarah. Ziarah kali ini disertai dengan studi banding dan wisata religi ke Jepara. Tempat yang dituju adalah Ponpes Darul Falah Amtsilati yang terletak di kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Acara yang dilaksanakan sekali dalam setahun ini diikuti oleh Pengasuh Ponpes Darul Falah Be-Songo beserta keluarga, para asatidz, dan segenap santri putri serta santri putra dari Pendidikan Kader Ulama (PKU).

Pada pukul 06.45 WIB rombongan berangkat dengan menggunakan tiga armada bus. Meskipun terlambat kurang lebih satu jam dari jadwal yang telah direncanakan, namun tidak menyurutkan antusias para santri untuk mengikuti kegiatan rutinan ini. Adapun tujuan yang pertama adalah Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati Jepara.

Setelah perjalanan yang memakan waktu kurang lebih 4 jam, tepat pukul 10.00 WIB, bus tiba di depan gerbang PP. Darul Falah Amtsilati Putra. Seratus tiga puluh peserta ziarah segera turun dari bus dan menuju aula yang telah disediakan pihak Amtsilati.

Acara studi banding dimulai pukul 10.30 WIB yang dibuka oleh salah satu pengurus utama PP Amtsilati, dilanjutkan sambutan dari pengurus pusat PP Amtsilati, Ustad Anas Baidowi. Beliau mengucapkan terima kasih atas respon yang luar biasa dari PP Dafa Be-Songo dan Ustad Anas juga menceritakan awal berdirinya PP Amtsilati yang mulanya tidak diterima di Jepara. Dilanjutkan dengan sambutan dari pengasuh PP. Dafa Be-Songo, Abah K.H. Imam Taufiq.

“Pondok yang baik adalah pondok yang punya distingsi dan kekhasan”, ucap Abah Imam.

Para santri semakin riuh dan bersemangat ketika dua santri putra yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyyah melakukan demonstrasi percakapan dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Audiens terlihat terpukau bahkan terperangah dengan kelancaran dan kefasihan kedua anak tersebut dalam berbahasa asing. Dalam percakapannya, mereka membicarakan tentang pemerintahan Jokowi, narkoba, korupsi dan hukumannya, serta prostitusi online yang sekarang ini sedang panas dibicarakan. Hal itu membuat para santri merasa heran dengan kecerdasan dan kecakapan mereka yang belum tentu dimiliki oleh anak-anak lain yang seusia dengan mereka.

Tidak kalah hebatnya dengan penampilan percakapan dua bahasa asing tersebut, penampilan 3 anak Madrasah Ibtidaiyah dalam mendemonstrasikan hafalan Al-Qur’an membuat audiens berucap “Subhanallah” tiada henti. Tiga anak yang masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyyah ini rata-rata sudah mengahafal 7 juz atau bahkan lebih. Mereka adalah M. Izulhaq (Pekalongan), M. Nabil Al-Samsuqi (Bandung), dan M. Syarif Hidayatullah (Madura). Demonstrasi dilakukan dengan cara salah satu santri dari PP Dafa Be-Songo, Nilna Rifda, membacakan sepenggal ayat Al Qur’an secara acak, kemudian salah satu santri-santri tadi melanjutkan ayat tersebut.

Penampilan yang ketiga ialah pembacaan kitab kuning oleh santri Amtsilati. Adapun bab yang dibaca adalah pilihan dari salah satu peserta studi banding, Kusdiyana. Dengan lancar bahkan tanpa waktu berhenti untuk berpikir, santri tersebut membaca kitab beserta maknanya.

Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan PP Darul Falah Amtsilati yang sekarang ini telah berbentuk Yayasan Pendidikan Islam yang terdiri dari: PP Darul Falah Amtsilati, Madin Amtsilati, MI Tahfidzul Qur’an Amtsilati, MTs Amtsilati, dan MA Amtsilati. Metode pembelajaran yang digunakan diantaranya yaitu menggunakan 10 kitab, 5x pertemuan dalam sehari semalam, dan diadakan pengajian bakda subuh. Salah satu pengurus menjelaskan bahwa syarat untuk masuk ke PP Amtsilati adalah secara umum bisa membaca Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab serta secara khusus calon santri harus berjiwa seperti anak-anak yang belum pernah mengetahui tentang nahwu shorof dan sebagainya.

Pada pukul 12.18 WIB, Romo Kyai Haji Taufiqul Hakim selaku pendiri PP Darul  Falah Amtsilati memberi sambutan. Bukan sambutan seperti biasanya, beliau membuka pertanyaan untuk audiens seputar  PP Darul  Falah Amtsilati. Kusdiyana, salah satu kader ulama, membuka pertanyaan. Dengan senyuman yang lebar dan menenangkan, Abah Taufiq biasa disapa, menjawab pertanyaan. “Doa yang terbaik adalah 30 menit sebelum tidur dan 30 menit setelah tidur.”

Tidak lama kemudian studi banding diakhir dengan pemberian vandel oleh Abah Imam dan Abah Muhyar kepada Abah Taufiq dan berfoto bersama para PKU dan asatidz. Sekitar pukul 12.30 WIB rombongan ziarah keluar dari lingkungan pondok dan bergegas memasuki bus.

Tujuan yang kedua yaitu Pantai Kartini. Karena dikejar waktu dan khawatir terjebak macet, para peserta ziarah hanya diberi waktu satu jam untuk menikmati hiburan di Pantai Kartini. Kemudian dilanjutkan dengan wisata religi yaitu ke Sunan Mantingan, Makam Sultan Hadlirin dan R. Abdul Djalil (Sunan Jepara). Doa yang dipimpin oleh Abah K.H. Imam Taufiq berlangsung cukup hikmat. Tak ketinggalan yaitu berfoto dengan semua peserta ziarah PP Dafa Be-Songo di depan Masjid Mantingan. Bakda maghrib, tiga armada bus keluar dari kawasa Jepara dan kembali ke Semarang. Pukul 20.35 WIB rombongan tiba di depan Fakultas Ushuluddin Kampus 2 dan para santri kembali ke asramanya masing-masing.

 

(Salma Khoirunnisaa’)