Be-songo.or.id

Studi Banding dan Ziarah di Pondok Pesantren Salafiyyah Syafi’iyyah Situbondo

Sabtu (5/11/2022), Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang adakan kegiatan BOARDING (Besongo Ziarah dan Studi Banding). Kegiatan yang berlangsung 2 hari ini berbeda dengan tahun lalu, kali ini tempat yang dituju Provinsi Jawa Timur mulai Makam KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) Jombang, Sunan Drajat Lamongan, Sunan Giri Gresik,  Sunan Ampel Surabaya dan Studi Banding di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo.

Sebelum pemberangkatan, seluruh santri berkumpul di lapangan TSC untuk dibreafing panitia dan do’a serta pengarahan langsung oleh Pengasuh Ponpes Darul Falah Besongo Prof. KH. Imam Taufiq M. Ag.

Keberangkatan dari Semarang  pukul 07.15 WIB menuju Makam KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur). Dilanjutkan mengunjungi Museum Islam Nasional Hasyim Asyari (MINHA) yang letaknya tidak jauh dari makam Gus Dur. Seluruh santri sangat antusias ketika masuk museum ini mulai dari mengabadikan dengan swafoto, ada juga yang sangat serius mendengarkan tour guide dari petugas Museum MINHA.

Perjalanan berlanjut sampai tiba pukul 15.09 WIB di Masjid Namira Jotosanur Lamongan untuk transit dan sholat kemudian melanjutkan perjalanan ke makam sunan Drajat Lamongan, Sunan Giri Gresik dan Sunan Ampel Surabaya.

Pukul 00.05 WIB meningalkan Kota Surabaya menuju Kota Situbondo. Sebelum sampai Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah rombongan transit di Rest Area Utama Situbondo untuk ishoma. Di tempat ini santri juga dimanjakan dengan menikmati sunrise di Pantai Rest Utama Situbondo.

Hari kedua dilanjutkan dengan studi banding di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo. Tetapi sebelumnya, guna melestarikan budaya Ulama terdahulu para santri menziarahi Makam Muasis Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah yakni KH. Raden As’ad Syamsul Arifin beserta keluarga. Selain Sebagai Ulama kharismatik Nusantara beliau juga dianugrahi tokoh Nasional sang mediator atas cikal bakalnya dalam pendirian organisasi kemasyarakatan terbesar Jamiyyah Nahdatul Ulama.

Pada saat studi banding, pengurus memaparkan sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah. Pesantren Ini berdiri pada tahun 1908 M yang dirintis oleh KH. Syamsul Arifin. Kemudian baru melaksanakan sistem pembelajaran pada tahun 1914 M. Tahun 1951 M, perkembangan Pesantren dilanjutkan oleh putra beliau  KH Raden Asa’d Syamsul Arifin. Pada tahun ini, pesantren berkembang pesat seiring pembangunan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. 6 Bulan sebelum  wafat beliau juga sempat  mendirikan Mahadul Aly, Mahadul Aly di pesantren ini merupakan pertama kali di Indonesia dan sebagai legmentasi atas pendirian Mahad Aly di seluruh Indonesia.

Selain itu, pada tahun 1983 dipesantren ini juga pernah diselengarakan MUNAS Alim Ulama yang merumuskan asas tunggal Pancasila dan dikukuhkan pada acara Muktamar NU ke 27 tahun 1984 yang mana semua organisasi kemasyaratan harus didasarkan pada asas Pancasila.

Tahun 1990 kepemimpinan dilanjutkan KH. Fawaid As’ad. Beliau berhasil menampung anak muda Nahdatul Ulama yang pemikiranya konon dibilang liberal, tentunya guna merawat dan menjaga agar tidak liar. Upaya yang dilakukan KH Fawaid As’ad berhasil salah satunya santrinya Gus Ulil yang sekarang dijajaran PBNU (Pengurus Besar Nahdatul Ulama).

Perjuangan meneruskan Pesantren dilanjutkan oleh Kyai Azaim Ibrahimy.  Pada tahun 2018 kemarin berhasil menyelengarakan Muktamar  Sastra.  Dalam berdirinya sampai saat ini,  telah berhasil menyelenggarakan 3 Kali Muktamar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah.Sistem pembelajarannya  sendiri tidak jauh  berbeda dengan pesantren lainya dengan metode salaf dan klasik dari pukul 06.00-10.15 WIB. Kemudian dilanjut belajar keilmuan umum pukul 12.30 WIB.

Kegiatan studi banding diakhiri dengan mahalul qiyam dan do’a yang dipimpin langsung oleh Kyai Azaim Ibrahimy. Setelah itu penyerahan cendera mata hasil kerajinan santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo.

Oleh: Ahmad Nizar Zuhdi (Mahasantri Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)

Editor: Amrina Rosyada