
Besongo.or.id – Semarang, Berbeda dengan metode pembelajaran di kampus. Di pondok pesantren tidak hanya menjadi tempat tranformasi ilmu saja, tapi di balik itu semua ada nilai-nilai yang diwariskan turun temurun dan menjadi ciri khas pesantren.
Demikian dijelaskan oleh pengasuh Asrama Hidayatul Quran Pondok Pesantren Darul Ulum (DU) Rejoso, KH. M. Afifudin Dimyathi saat menjadi narasumber pada acara Studi Banding Pondok Pesantren Darul Falah (Dafa) Besongo Semarang ke Pondok Pesantren DU Jombang, Sabtu (9/10) pagi.
Merujuk pada kisah Nabi Khidir saat ingin menerima Nabi Musa sebagai muridnya, penulis Kitab al-Syamil fi Balaghat al-Quran itu menjelaskan bahwa dalam pesatren ada nilai mushohabah dan mutabaah.
“Mushohabah dan mutabaah itu menemani dan kemudian mengikuti. Jadi di pesantren kita tau bagaimana keseharian dari Kyai, tidak seperi di kampus yang mungkin cuma bertemu dosen dua jam, selesai,” tambah sosok yang kerap disapa Gus Awis itu.
Hal kedua sebagai metode khas pengajaran di pesantren, Gus Awis menyebutkan ada mauidhoh. Merujuk pada QS Al luqman tentang larangan untuk tidak menyekutukan Allah, beliau mengartikan mauidhoh di sini berani melarang.
“Karena di pesantren secara tegas dan keras memberikan larangan kepada para santrinya. Hal ini juga yang kemudian membuat peraturan di pesantren lebih banyak larangan yang nantinya apabilah dilanggar ada sanksinya daripada perintah untuk melakukan sesuatu,” imbuhnya.
Hiwar (dialog) juga menjadi salah satu kekhasan metode pembelajaran di pesantren. Ketika di pesantren kita bertemu dengan banyak orang yang berasal dari berbagai daerah sehingga memicu dialog-dialog yang menjadi ilmu baru bagi para santri.
“Melalui hiwar ini banyak informasi baru yang kita serap dari teman kita, dan itu yang akan menimbulkan gesekan-gesekan yang dapat memotivasi kita dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu di pondok-pondok salaf biasanya terdapat musyawarah sebagai metode pembelajaran dialogis dan media bertukar pikiran para santri,” terangnya kepada mahasantri Dafa Besongo.
Selain itu, di pesantren juga melanggengkan tradisi-tradisi keluhuran akhlak dan cara bertingkah laku. Mulai dari tradisi kecil yang dilakukan secara terus-menerus di pesantren ini kemudian bisa menjadi kebiasaan bagi para santri saat sudah lulus nanti.
“Meskipun metode ini tidak tertulis sepertihalnya kurikulum di kampus, tapi ini adalah kekhasan metode pembelajaran yang hanya ada di pesantren,” tegas beliau mengakhiri kalamnya.
Reporter: Imam Mawardi