Be-songo.or.id

Studi Banding Mahasantri, Ungkap Peran Pesantren Hadapi Problematika Masyarakat

IMG-20190426-WA0008

Gambar : Foto bersama Pengasuh Besongo dengan mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Hasyim Asy’ari Tebuireng. (25/4) di Mushola Raudlotul Jannah

Besongo News Ngaliyan (25/4). Ratusan mahasantri Ma’had Al-Jami’ah Hasyim Asy’ari Tebuireng kunjungi pesantren Darul Falah Besongo dalam rangka silaturrahmi dan studi banding. Pra acara inti, ditayangkan sekilas profil pesantren Darul Falah Besongo sebagai perkenalan diri dan timbal balik dalam merasakan suasana kepesantrenan antar keduanya.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. KH. Imam Taufiq menyampaikan betapa pentingnya lembaga pesantren di masyarakat dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks seperti bullying dan hoax. Hal tersebut tak lain dan tak bukan disebabkan karena persoalan etika.

“Orang-orang seperti itu tidak terbiasa menginternalisasikan karakter pesantren yang husnudzon, menghargai orang lain, sikap ramah, sopan santun, serta menghargai perbedaan. Padahal pesantren adalah output paling komplit dalam menjadi penjaga gawang moral, yang didambakan masyarakat dalam mengawal etika akhlakul karimah,” tutur guru besar Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Kebutuhan masyarakat terhadap nuansa Islam yang ramah, santun, tidak koar-koar, tidak mengedepankan kekerasan, menghargai kebhinekaan, menjadikan pesantren sebagai tempat paling tepat untuk memenuhi segala kebutuhan tersebut.

Selain problematika di atas, permasalahan yang tak kalah penting ialah persoalan terorisme fundamentalisme, ajaran-ajaran paling radikal. Untuk menangkal itu semua, dibutuhkan santri yang paham ajaran ahlussunnah wal jamaah, mampu membangun moderasi, mengedepankan ajaran tawasuth serta tawazun.

Problematika Internet dan Teknologi (IT) dimana akses internet yang kian hari luar bisa sangat cepat juga menuntut santri untuk bisa menggunakan secara bijak dan berkualitas.

“Kalau tidak mengikuti bisa ketinggalan zaman. Karena teknologi adalah kebutuhan wajib, maka santri harus melek teknologi,” lanjut pengasuh Darul Falah dalam penyampaiannya.

Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pesantren Darul Falah Besongo dalam mengkombinasikan tradisi salafus sholihin, tafaqquh fiddinala mahad as salafiy dan akademis perkuliahan. Peningkatan soft skill juga dilakukan dalam rangka menggali potensi yang dimiliki santri.

“Dari kunjungan ini, selain bersilaturrahmi, bisa dijadikan pelajaran dari apa yang sudah dimiliki di Darul Falah. Terutama kegiatan santri yang menyatu dengan masyarakat. Kegiatan yang sedemikian kompleks bisa dijadikan acuan kembali untuk lebih mengelola kegiatan agar lebih menarik lagi,” tutur K. Ahmad Fahruddin, pengasuh unit kepesantrenan Ma’had Al-Jami’ah Tebuireng.

Ada kesan tersendiri yang dirasakan santri Tebuireng atas kunjungan yang dilakukan. Meskipun singkat, para santri mengaku puas dengan adanya penyambutan yang luar biasa. Salah satu komentar datang dari santriwati yang merasa senang sekali diberi kesempatan berkunjung ke Darul Falah.

“Saya mewakili teman-teman semua mengucapkan terima kasih banyak atas penyambutan yang luar biasa. Kami sangat takjub dengan apa yang ada di sini. Itulah mengapa pesantren ini dijadikan alasan kunjungan kami. Karena kami tahu ada banyak pelajaran yang bisa diambil,” ungkap Indhun, santriwati Tebuireng ketika diwawancarai. (Ziya – red)