Be-songo.or.id

Toleransi Sebagai Sarana Pencegahan Radikalisme

IMG-20180718-WA0005

Semarang, (18/7) polisi daerah (POLDA) Jawa Tengah mengadakan sarasehan pencegahan paham radikalisme berbasis agama. Dengan tema besar “Melalui sarasehan Memperkokoh Jiwa Kebangsaan dalam Upaya Menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pencegahan Paham Radikalisme bagi Generasi Muda”. Diskusi ini melibatkan mahasiswa dan mahasiswi UIN Walisongo Semarang dan beberapa pondok pesantren diseketiar UIN Walisongo Semarang. Diantaranya, PP Darul Falah Besongo, PP Darun Najah, PP YPMI Al Firdaus. Kegiatan tersebut bertempat di lantai 2 Auditorium 1 kampus 1 UIN Walisongo. Kegiatan ini bertujuan untuk menangkal segala paham radikalisme yang masuk dalam berbagai bidang, yang mengakibatkan suatu image yang buruk terhadap agama islam.

Acara tersebut di buka langsung oleh Dr. Musahadi, M.Ag selaku wakil rektor 1 UIN Walisongo usai menyampaiakan sambutannya mewakili Rektor UIN Walisongo yang tidak bisa hadir. “Acara seperti perlu di adakan di berbagai sitasi kampus di Indonesia. Agar setiap mahasiswa mengetahui dan tidak hanya berfikir secarah mudah mengenai agama. Agama yang hanya dipahami dalam satu prespektif, akan tetapi, bagaimana dapat dipahami dari berbagai sisi” ujar beliau dalam sambutannya.

Ibu Dwi Ratnai, menyampaikan sambutan mewakili Kapolda Jateng Irjen. Pol. Drs. Condro Kirono, M.M., M.Hum. bahwa “Kesatuan Indonesia terancam rusak karena radikalisme. Radikalisme datang dengan memberi sitematika dan mimpi tinggi yang jauh dari kenyataan. Radikalisme yang lahir dari tindak terorisme telah mengoyak toleransi dan mencobak-cabik persatuan, oleh sebab itu perlu diadakan pencegahan dan penanggulangan terhadap radikalisme dan ekstrimisme yang berbasis agama”.

Sarasehan yang diikuti oleh mahasiwa dan mahasantri ini mendatangkan dua narasumber. Narasumber yang pertama adalah AKBP Agus setyawan dari DIR. INTELKAM POLDA JATENG yang menyampaikan materi mengenai Deteksi Dini Terhadap Bahaya Paham Radikalisme. Menurutnya, akibat awal dalam adanya radikalisme dikarenakan tidak adanya tolerasi antara satu agama dengan agama yang lain, satu suku dengan suku yang lain dan kurang terciptanya rasa harmonis dalam suatu masyarakat. Dalam penangkalannya perlu adanya suatu cipta kondisi yang baik antar sesama, semangat belajar untuk menjaga dunia kerja yang produktif, dan mengembangkan prisip rukun antar bangsa.

Kemudian dilanjutkan oleh Narasumber kedua yaitu Dr. Musa Hadi, M.Ag (Wakil Rektor 1 UIN Walisongo). Beliau menyampaikan materi mengenai Islam Rahmatan Lil Alamin: Kontra Narasi Radikalisme Agama. Dalam pemaparannya beliau menyinggung masalah pemahaman seorang mengenai sudut pandang yang hanya di ambil secara begitu saja. Tanpa mengambil informasi dalam berbagai sumber. “Jika orang tidak tahu konteks itu konyol. Karena, memahami agama itu harus tahu konteks. Baik itu baik, tapi kalau kehilangan konteks itu tidak baik” jelas beliau. Usai kedua Narasumber menyampaikan materi dilanjutkan pada sesi diskusi panel. Moderator membuka pertanyaan untuk empat penannya.

Setelah usai sesi pertanyaan Dr. Musa Hadi, M.Ag menanmbahkan “Di zaman yang akan datang agama kita akan dikejutkan dengan agama prasmanan. Yang mana semua hal dengan mudahnya di upload di internet, kemudian keluar lah dua jenis kelompok yaitu digital native (generasi yang lahir belakangan dan ikut dalam generasi melenial) dan digital migran (orang manual yang diharuskan terjun ke ranah teknologi). Kemudian, nantinya mereka akan memadu sendiri apa yang mereka inginkan. Dan akan menggambil suatu yang mereka anggap mudah”. (Rizal-red).

REKOMENDASI >