Semua memiliki tanggung jawab waliyah, yakni tanggung jawab membela para wali. Baik pimpinan, dosen, mahasiswa maupun karyawan harus memiliki semangat mempelajari turats.
“Turats adalah gambaran bagaimana kiai pada zamannya menciptakan karyanya yang kemudian berkembang,” tutur Abah Imam Taufiq Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang.
Hal itu disampaikan dalam rangka memperingati Diesnatalis yang ke-53 yang bertajuk Al-Muhadlarah Al-Ammah “Merawat Turats Membangun Karya” dihelat Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Selasa, (07/03/2023).
Disampaikan, turats pada saat ini menjadi kajian sehari-hari dalam dunia pesantren, di mana para santri mempelajari kitab kuning yang berisikan ilmu-ilmu para wali terdahulu.
“Para pimpinan ingin mahasiswa UIN Walisongo itu punya pengalaman membela para wali yaitu melalui mondok,” ucap Abah Imam Taufiq yang juga Rektor UIN Walisongo Semarang.
Menurut beliau, membela para wali bisa dilakukan dengan cara mengetahui apa saja ilmu-ilmu yang telah ditinggalkan oleh para wali. Salah satu tempat untuk mengkaji atau memperdalam ilmu yang telah ditinggalkan tersebut yakni ada di pesantren atau Ma’had.
“Oleh karena itu para pimpinan UIN Walisongo mengambil kebijakan untuk mahasiswa baru diharuskan mengenyam pendidikan di Ma’had terlebih dahulu selama setahun. Mahasiswa tahun kemarin dan tahun depan harus mengikuti Ma’had Al-Jami’ah selama satu tahun,” jelas beliau.
Disampaikan, wajib Ma’had merupakan program yang telah berlangsung sejak tahun ajaran 2022/2023. Hal ini bertujuan supaya mahasiswa memahami dan bisa belajar turats, mahasiswa juga diharapkan bisa belajar bagaimana hidup tirakat dengan merasakan hidup di Ma’had.
“Santri baru bisa kaya, baru bisa mendapat ilmu bila dia sudah menikmati yang namanya tirakat,” ujar beliau.
“Mahasiswa baru merupakan sasaran empuk bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memberikan doktrin yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, kebijakan untuk wajib Ma’had bagi mahasiswa baru mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak,” pungkas beliau.
Reporter: Jazilah (Santriwati Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)
Editor: Isna Rahma Sabila