Pada bulan Ramadhan, umat Islam tidak hanya diwajibkan menjalankan puasa saja selama sebulan penuh. Terdapat banyak amalan sunnah lain yang dianjurkan dikerjakan karena terdapat keutamaan serta pahala berlipat ganda.
“Sedekah menjadi amalan utama yang dianjurkan serta dicontohkan Rasulullah saw. di bulan Ramadhan. Amalan ini begitu dianjurkan, terlebih di bulan Ramadhan. Selain itu, orang yang bersedekah juga akan diberi pahala yang dilipatgandakan dan derajatnya ditinggikan oleh Allah Swt,” ujar Ustadz Karis Lusdianto.
Hal itu disampaikan dalam kultum salat tarawih yang bertempat di Masjid Roudlotul Jannah, Perumahan Bank Niaga, Rabu (29/03/2023).
Kemudian beliau, menceritakan sebuah kisah bahwa, dahulu ada seekor burung yang sedang bertelur yang tidak ridlo karena anaknya selalu diambil oleh seorang laki-laki. Setelah itu, burung tersebut protes kepada Allah.
“Dan Allah SWT akan membinasakan seorang laki-laki tersebut jika ia kembali mengambil telur burung itu lagi,” ucapnya.
Lanjut beliau, ketika telah berlalu beberapa waktu, sang burung tersebut kembali memiliki anak. Dan ternyata laki-laki tersebut datang kembali untuk mengambil telur dari seekor burung tersebut. Namun, tiba-tiba datang seorang pengemis meminta makanan kepada laki-laki tadi. Kemudian, laki-laki tersebut memberikan semua makanan yang dimilikinya kepada pengemis tersebut.
“Lalu, laki-laki ini ternyata kembali untuk mengambil telur dari burung tersebut,” ujarnya.
Sang burung tersebut tentunya kembali protes kepada Allah SWT. Dan Allah SWT menjawab tidak akan menghukum kepada si laki-laki tersebut, karena orang tersebut telah melakukan amalam yang mulia yaitu, bersedekah kepada pengemis.
Dikatakan, dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa sedekah memiliki banyak sekali manfaat. Selain untuk membantu orang lain. Sedekah juga akan memberikan keberkahan kepada orang yang bersedekah.
“Dari cerita di atas membuktikan bahwa sedekah memiliki banyak hikmah. Dan orang yang mau bersedekah tidak akan dicabut nyawanya dalam keadaan su’ul khatimah,” pungkas beliau.
Oleh: Aodra Fahru Riza (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswa UIN Walisongo Semarang)