Be-songo.or.id

GALERI MANUSKRIP

روضة العلماء ٢
 
Terlindungi:

Ustadz Tajuddin Jelaskan Dua Tahap dalam Bertaubat

Taubat memiliki dua tahap yaitu, tahap permulaan dan puncak. Adapun yang pertama permulaan taubat adalah bertaubat dari perbuatan dosa-dosa besar, kemudian bertaubat dari dosa-dosa kecil. Lalu, dari perkara yang makruh. Setelah itu, dari anggapan bahwasanya dirinya termasuk orang baik.

“Kemudian, berlanjut dari anggapan bahwa dirinya telah menjadi kekasih Tuhan, dan selanjutnya bertaubat dari bisikan hati yang tidak diridhai Allah SWT,” ujar Ustadz Ahmad Tajuddin Arafat.

Hal itu disampaikan saat Ngaji Sanad kitab Al Minahus saniyah yang bertempat di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo, Kota Semarang, dikutip dikanal Youtube PP. Dafa Besongo, Sabtu (08/04/2023).

Baca Juga: Jelaskan Ghibah, Ustadz Ahmad Tajuddin: Timbul karena Banyak Omong

Lanjut beliau, sedangkan puncak taubat adalah ketika bertaubat setiap kali lupa dari bermusyahadah (mengingat) Allah walaupun itu sekejap.

“Ulama mengemukakan bahwa, barangsiapa yang menyesal atas dosa-dosanya dan mengakui kesalahannya yang telah dilakukan, maka taubatnya dianggap sah,” ucap Ustadz Tajuddin yang juga Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.

Dikatakan, para ulama menyatakan bahwa, syarat taubat harus berhenti dan bersungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya kembali.

Baca Juga: Ustadz Tajuddin Jelaskan Ragam Bentuk Kezaliman

“Sebab, seseorang yang menyesali atas perbuatannya, maka dapat dipastikan dia akan berhenti dan berusaha kuat untuk tidak mengulanginya,” tuturnya.

Menurut Syaikh Al-Matbuliy, lanjutnya, menganjurkan istiqamah dalam bertaubat. Karena, ketika di tengah perjalanan terdapat kesalahan dalam melakukan taubat, maka semua maqam akan hilang.

“Taubat yang dibangun menjadi hancur bagaikan seseorang yang membangun sebuah bangunan hanya berupa susunan bata tanpa perekat,” paparnya.

Baca Juga: Dzikir, Sandaran Utama dalam Menempuh Jalan Menuju Allah

Disampaikan, seseorang yang memperkuat taubatnya, maka Allah SWT akan menjaganya dari segala kotoran yang merusak kemurnian amalnya.

“Orang yang istiqomah dalam taubatnya dan zuhud terhadap duniawi, maka dia akan mampu menyelesaikan semua hal-hal yang baik,” katanya.

Oleh: Istna Nur Khoiriyah (Santriwati Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang dan Mahasiswi UIN Walisongo Semarang)

Editor: M. Raif Al Abrar