BESONGO NEWS – Ahad, (12/11) Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo telah mengadakan agenda rutinnya yaitu keterampilan yang mana terbagi pada masing-masing kelas; kelas 1 memasak, kelas 2 baki lamaran, kelas 3 masak, dan kelas 4 menjahit dengan tutornya masing-masing.
Keterampilan kelas 2, pada Sabtu, (10/11) adalah ‘baki lamaran’ yang dibimbing oleh Ustadzah Nana, salah satu santri yang sudah mempuni dalam bidang keterampilan tersebut. Pelaksanaannya bertempat di asrama B9, pada pukul 09.00-11.00 diikuti oleh santriwati saja. Karena dirasa butuh, keterampilan ini diadakan sebagai bentuk kemandirian santri menyalurkan inspirasi hiasan untuk membuat model baki lamaran yang biasa digunakan untuk seserahan pengantin.
Kegiatan telah terlaksana dengan lancar dan antusias dari santriwati kelas 2. Utuk kelas 3 putri, jadwalnya adalah ketrampilan menjahit, dilaksanakan pukul 10.00-12.00 WIB yang dalam hal ini ada Ustadzah Aminah sebagai pembimbing. Pada semester ini kelas 3 putri belajar membuat rok, beliau mendampingi dalam proses pengukuran, pembuatan pula, pemotongan kain, dan yang terakhir adalah cara menjahit yang benar sesuai kain yang dimiliki masing-masing santri.
Dalam keterampilan sebelumnya, telah dibagi menjadi 6 kelompok menjahit, dan pada kesempatan ini sudah sampai pada kelompok 2. Beliau menyampaikan bahwa “menjahit itu harus dengan konsentrasi pada kain dan ayunan kaki, apabila tidak, maka jahitan akan tidak sesuai dengan garis yang sudah ditandai, dan hasilnya akan tidak nyaman dipakai”.
Pada hari Ahad, Pelatian masak, kelas 1 didampingi oleh Umi Arikhah yang bertempat di Madin Raudhatul Jannah pada pukul 10.00 – 12.00 WIB menjadi dasar santri dalam pengolahan bumbu dan bahan-bahan dapur dengan baik dan benar. Di tengah-tengah proses beliau menyampaikan “Pelatihan ini diselenggarakan sebagai keterampilan tambahan bagi santri Darul Falah Be-Songo, tidak hanya mengaji saja tapi disini juga akan membekali sofskill tambahan untuk para santri, sebagai bekal di masyarakat nantinya”.
Dalam kesempatan kali ini, beliau membagikan ilmu tentang “cara membuat tahu petis”, kemudian beliau memberi tahukan apa saja bahan, bumbu dan perlengkapan yang diperlukan, seperti petis, tahu, bawang, garam, gula dll. Umi menuturkan sedikit banyak nasihat kepada para santrinya sembari menunggu masakan tersaji.
Kelas 2 seperti biasa diadakan kelas masak yang mana ketrampilan ini diwajibkan untuk baik putra maupun putri. Yang mana pada kesempatan ini Ustadzah pembimbing sedang berhalangan hadir. Kelas 3 pun jadwalnya adalah kelas memasak pada pukul 10.00-12.00, bersama Eyang Rus, yang ahli dalam bidangnya diikuti oleh santri putra dan santri putri.
Dalambkesempatan ini, Eyang Rus membimbing cara membuat ‘Makaroni Sekoteng’. Beliau menyampaikan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kue basah tersebut sambil para santri mencatatnya. Setelah itu, eyang membimbing untuk mempraktikan cara membuat mulai dari tahap awal hingga tahan penyajian. Di tengah-tengah praktik masak, Eyang menyampaikan tips-tips untuk menghindari kegagalan seperti gosong, pecah saat didalam oven, dan lain-lain agar pembuatan bisa berhasil sesuai dengan keinginan.
Untuk kelas 4, ketrampilan pada hari Ahad adalah menjahit. Dimulai pukul 08.00 WIB, karena menjahitnya sudah dinilai agak rumit, biasanya selesai pada pukul 12.00 WIB. Ibu Anri adalah salah satu warga Perumahan Bank Niaga yang terampil dalam bidang jahit-menjahit. Kini kelas 4 sedang berproses untuk membuat gamis. Dengan sangat sabar Bu Anri mengajarkan ilmu jahitnya kepada para santriwati kelas 4. Secara bergantian santri mengukur badan masing-masing secara bergantian, kemudian membuat pola, memotong kain, dan akhirnya adalah menjahit.
Kelas ketrampilan berikutnya adalah khusus untuk santri putra, sablon. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap hari Ahad, waktunya menyesuaikan pada tutor. Sablon merupakan ketrampilan baru agar santri juga bisa memproduksi bahan industri cetak sendiri, sehingga dapat membuat pola/gambar, warna sesuai keinginan masing-masing.
Demikianlah serangkaian kegiatan rutin santri Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo yang dilaksanakan setiap weekend. Dimana dari beberapa keterampilan tersebut, pengasuh berharap agar santri Be-Songo bisa menyalurkan kemampuan yang telah diajarkan kepada masyarakat nantinya sebagai bentuk khitmad. (Tiyas, Vivit, hlv).