NGALIYAN-Rabu, 26 Februari 2014 Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang mengadakan “Up–grading Manajemen Kepemimpinan” bagi pengurus Ponpes Darul Falah Be-Songo Semarang periode 2013-2014. Pelatihan ini merupakan rangkaian kegiatan pasca liburan yang berlangsung selama satu pekan ini (24-01/03).
Pelatihan yang diisi oleh M. Najiburrahman, S.H.I, M.Si, staf organisasi, kepegawaian dan hukum IAIN Walisongo Semarang ini dilaksanakan di gedung serbaguna Madrasah Diniyyah Raudlotul Jannah Semarang . Menurut Mas Bro, begitu beliau biasa disapa, kepemimpinan tidak hanya membutuhkan pengetahuan, tetapi juga internalisasi pemimpin dalam sebuah kelompok.
“Ambil contoh ketua kelas. Ketua kelas juga pemimpin, selama dia tidak meng-internalisasi-kan dirinya sebagai seorang ketua di kelas itu, maka dia bukanlah pemimpin yang baik,” tuturnya.
Sebelum menyampaikan materi lebih lanjut, Najib menstimulasi peserta pada tema yang dibicarakan dengan menayangkan video kepemimpinan. Video tersebut menayangkan dua jenis kepemimpinan dalam kelompok: kepemimpinan yang baik dan kepemimpinan yang buruk. Keduanya digambarkan dalam bentuk animasi dan peserta diajak untuk menafsirkan video tersebut.
“Salah satu yang bisa kita ambil dari kedua video tadi adalah, dalam sebuah komunitas, kita hidup berkelompok. Sehingga jika salah satu anggota keluar maka hal itu bisa membahayakan yang lain. Jadi, kita harus bisa berpikir secara kelompok jika tidak ingin ciloko kabeh,” simpul Najib.
“Manajemen kepemimpinan itu tidak berbicara saya dan Anda secara pribadi, tetapi kita mengelola bersama, mengawasai bersama, dan hidup rukun bersama,” imbuhnya.
Ponpes merupakan sebuah organisasi sehingga seseorang dalam sebuah organisasi tidak bisa mengedepankan manajemen individu untuk diterapkan dalam organisasi tersebut. Pada dasarnya tujuan organisasi adalah tujuan bersama bukan tujuan individu.
Disampaikan Najib kemudian, fungsi manajemen adalah elemen dasar yang selalu ada dan dijadikan acuan untuk pemimpin dan anggota untuk mencapai tujuan. Misalnya AD-ART ponpes dan tata tertib ponpes merupakan bagian dari manajemen. Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya menetapkan dan mencapai tujuan.
Untuk menambah antusiasme, Mas Bro mengajak peserta untuk mengetahui karakter kepemimpinan individu berdasarkan warna. Berdasarkan penelitian De Caluwe, terdapat lima warna yang mewakili masing-masing karakter, yaitu kuning, merah, biru, hijau, dan putih. Peserta harus menjawab 30 pertanyaan yang telah disiapkan kemudian dicocokkan dengan rumusan jawaban sehingga peserta akan mengetahui karakter kepemimpinan individu yang dominan berdasarkan De Caluwe. Walaupun tidak memungkiri terdapat jumlah yang sama pada beberapa warna.
Selain menyampaikan materi tentang manajemen kepemimpinan, pada kesempatan tersebut, 50 peserta yang terbagi dalam empat kelompok diajak Mas Bro untuk mengenal proposal kegiatan dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB). Keempat kelompok tersebut mendapat tugas untuk membuat contoh proposal kegiatan dan RAB. Proposal dan RAB kegiatan yang telah dibuat kemudian dipresentasikan untuk dibahas dalam forum sehingga kesulitan dalam membuat proposal bisa didiskusikan bersama.
Sekitar pukul 15.00 WIB, pelatihan ditutup oleh moderator setelah keempat kelompok selesai mempresentasikan masing-masing proposalnya. Keempatnya dinilai bagus oleh narasumber. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini, pengurus pondok pesantren Darul Falah Be-Songo dapat meningkatkan kinerja dengan kerja sama yang baik. Tentunya selain memahami posisi dan job description yang dipegang setiap devisi, memahami satu sama lain secara personal juga menjadi hal yang mampu meningkatkan chemistry dalam kerja sama. Sehingga sebuah kepengurusan akan tetap kokoh dan berjalan baik.
(Dina Kamalia)