Semarang—Sabtu (15/11/25), bertempat di Asrama C13 lingkungan Pesantren Darul Falah Besongo Semarang, kabinet Mumtaz resmi memulai rangkaian kegiatan Strategic Planning sebagai langkah awal pembentukan arah gerak dan fondasi kerja kepengurusan periode mendatang.
Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi seluruh pengurus untuk menyelaraskan visi dan cara kerja di awal masa khidmah. Forum ini bukan hanya membahas struktur program, tetapi juga memperkuat pola pikir kepemimpinan, profesionalitas, dan budaya kerja kolaboratif yang relevan dengan tantangan organisasi hari ini.
Melalui strategic planning hari pertama, para pengurus diajak menyamakan persepsi, memahami peran masing-masing, serta membangun ritme kerja yang rapi dan akuntabel agar seluruh agenda kepengurusan berjalan terarah dan berdampak bagi lingkungan Pondok Pesantren Darul Falah Besongo.
Kegiatan dibuka oleh Ustadz Kharis Lusdianto, M.S.I. yang mewakili pengasuh. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa akuntabilitas kepengurusan tidak hanya diukur dari pelaksanaan program, tetapi juga dari cara seorang pengurus memaknai amanah, menjalankan kepemimpinan, serta menjaga nilai-nilai khidmah. Beliau juga menyinggung pentingnya leadership dan analisis SWOT sebagai alat dasar bagi pengurus untuk memahami posisi organisasi.
“Pengurus itu harus bisa membaca kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Kalau bisa memahami dirinya dan lingkungan, maka arah geraknya tidak akan melenceng,” jelas beliau.
Sementara itu, Jihan Selaku Ketua baru Pondok Pesantren Darul Falah Besongo menyampaikan bahwa Strategic Planning merupakan ruang untuk mengamankan persepsi seluruh pengurus agar selama masa khidmah tidak berjalan dengan definisi yang berbeda-beda. Ia menekankan pentingnya memahami nilai-nilai yang menjadi pondasi kepengurusan, seperti khidmah, leadership, dan administrasi.
“Kegiatan ini menjadi momen untuk memperjelas pondasi awal kepengurusan. Semoga dari sini kita semua benar-benar bisa memahami apa itu khidmah, bagaimana memimpin, dan bagaimana mengurus organisasi dengan baik. Selain itu, luruskan lagi niatnya dalam berkhidmah. Pemuda harus memiliki semangat yang kuat karena keluhuran hanya akan datang pada mereka yang bersungguh-sungguh,” Terang beliau Ketua Kabinet Mumtaz.
Materi pertama disampaikan oleh Ustadz Dr. H. Ahmad Tajuddin Arafar, M.S.I. dengan topik Manajemen Kepemimpinan dan Khidmah Santri. Beliau menegaskan bahwa seluruh pengurus adalah bagian dari santri terpilih, sehingga tidak perlu mempertanyakan, “Kenapa harus saya?” karena amanah kepengurusan adalah bentuk kepercayaan sekaligus proses pembentukan diri.
“Menjadi pemimpin itu bukan sesuatu yang sudah jadi. Kalian dibentuk, ditempa, bukan dilahirkan sebagai pemimpin instan. Kepemimpinan bukan soal jabatan, tetapi soal bagaimana kalian menyelesaikan program, menjaga amanah, dan memastikan tidak ada yang menyimpang,” ungkap beliau dalam pemaparannya.
Materi kedua disampaikan oleh Ustadzah Nabilatus Sa’adah, yang membawakan tema Leadership dan Analisis SWOT. Beliau menekankan bahwa pengurus harus memiliki kemampuan untuk memahami potensi pribadi, kekuatan tim, serta tantangan yang mungkin muncul selama menjalankan program kerja. Menurutnya, kepemimpinan yang baik tidak hanya berbicara tentang kemampuan mengatur, tetapi juga tentang kesadaran diri dan kualitas kolaborasi.
Dalam pemaparannya, beliau mengajak pengurus untuk mampu membaca kondisi internal dan eksternal organisasi agar program kerja dapat disusun dengan tepat sasaran. Beliau juga menekankan bahwa analisis SWOT bukan hanya alat manajemen, tetapi sarana refleksi agar pengurus mampu bertahan dalam dinamika satu periode ke depan.
Hari pertama Strategic Planning ditutup dengan sesi diskusi internal dan penyusunan draft awal rancang bangun program kerja. Seluruh pengurus kabinet Mumtaz diharapkan mampu mengikuti rangkaian kegiatan hingga selesai, sebagai bentuk komitmen awal dalam membangun kepengurusan yang kuat, kolaboratif, dan penuh keberkahan.
Oleh : Nur Muhammad Syafi (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)



















