Be-songo.or.id

Akhlak Santri dan Kasih Sayang Kiai:Dua Sayap Pendidikan di Pesantren

Di bawah teduh atap pesantren,
Santri menunduk, mencatat dengan hati,
Kiai tersenyum, menatap penuh kasih,
Ilmu pun menetes jadi cahaya nurani.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya membentuk kecerdasan intelektual, tetapi juga menumbuhkan kehalusan, ketulusan hati, serta keindahan akhlak. Secara harfiah Pesantren berarti lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (Tafaqquh Fiddin) dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman hidup bermasyarakat.(NU Online)

Di dalam proses pendidikan tersebut, peran kiai sebagai pendidik dan santri sebagai penuntut ilmu menjadi inti dari sistem pembelajaran di pesantren. Keduanya membentuk hubungan yang unik dan mendalam, bukan sekadar hubungan akademik, tetapi juga spiritual dan emosional. Di dalamnya, hubungan antara santri dan kiai bukan sekadar antara murid dan guru, melainkan hubungan ruhani yang terjalin melalui ilmu, adab, dan kasih sayang. Dua nilai utama yang menjaga harmoni itu adalah akhlak santri dan kasih sayang kiai yang membuat pendidikan di pesantren mampu memberi makna kehidupan.

Akhlak Santri kepada kiai

Keberhasilan seorang Santri tidak hanya diukur dari banyaknya pelajaran yang ia kuasai, tetapi sejauh mana ia berhasil mengamalkan ilmu yang telah didapatnya, salah satu pengamalan itu adalah beradab terhadap gurunya. Seorang santri harus menanamkan tawadhu’ (kerendahan hati) di hadapan kiai.

Imam Syafi’i berkata, “Aku membuka lembar kitab di hadapan guruku Imam Malik dengan sangat pelan, karena aku takut lembaran itu berbunyi dan mengganggu beliau.” Begitulah bentuk kehalusan adab seorang murid terhadap gurunya adab yang tumbuh dari cinta dan penghormatan.

Sebagaimana sabda Nabi SAW lainnya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur.” (HR. al-Baihaqi)

Hadis ini menegaskan bahwa misi kenabian berpuncak pada pembinaan akhlak mulia. Dalam konteks pesantren, nilai tersebut hidup dan berdenyut di setiap langkah para penghuninya. Di sanalah kasih sayang kiai dan adab santri berpadu, menumbuhkan suasana pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan akal, tetapi juga menyucikan hati. Pesantren menjadi taman tempat akhlak itu tumbuh, berbunga, dan mekar indah dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi santri, akhlak kepada kiai bukan sekadar bentuk sopan santun, tetapi juga ibadah. Dari situlah ilmu menjadi cahaya yang menerangi, bukan sekadar pengetahuan yang mengisi kepala. Santri yang beradab akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah hati, berjiwa ikhlas, dan berbakti kepada agama.

Kasih Sayang Kiai Cahaya yang Menyentuh Hati

Jika disebuah Universitas orang akan mengenal istilah dosen-mahasiswa, dalam sistem pendidikan pesantren kita akan dikenalkan dengan istilah kiai-santri. Sekilas mungkin keduanya akan terlihat sama, kiai guru, dosen juga guru; mahasiswa murid, santri juga murid. Namun, pada kenyataannya istilah yang digunakan mempunyai perbedaan yang begitu mendasar, jika dosen hanya diposisikan sebagai pengajar yang apabila setelah jam pelajarannya selesai maka tugasnya pun selesai. Hal ini berbeda jauh dengan kiai, hubungan kiai dengan para santri tidaklah sesimpel dosen dengan mahasiswa. Seorang kiai memandang santri bukan sekadar murid yang harus diajari, melainkan amanah yang harus dibimbing dengan penuh cinta. Kiai menjadi teladan, pembimbing, sekaligus sosok ayah ruhani yang menyayangi para santrinya.

Kasih sayang kiai terlihat dari kesabarannya dalam mengajar, ketulusannya dalam membimbing, dan kelembutannya dalam menegur. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membentuk akhlak. Bahkan ketika marah, kemarahannya lahir dari cinta agar santri menjadi lebih baik. Kiai sejati mengajarkan dengan hati, bukan hanya dengan kata. Ia mendoakan santrinya dalam kesunyian malam, berharap mereka kelak menjadi penerus perjuangan Islam.

Akhlak santri dan kasih sayang kiai ibarat dua sayap yang ketika keduanya terwujud, maka terbentuklah suasana yang penuh keberkahan ilmu menjadi cahaya, bimbingan menjadi doa, dan setiap interaksi menjadi ibadah. Pesantren tidak sekadar tempat belajar, tetapi tempat tumbuhnya generasi berilmu, beradab, dan berakhlak mulia.

Dalam dunia yang semakin modern dan serba cepat, nilai-nilai seperti akhlak dan kasih sayang sering kali terlupakan. Namun pesantren tetap menjaga warisan ini sebagai inti pendidikan Islam. Akhlak santri kepada kiai dan kasih sayang kiai kepada santri bukan hanya tradisi, melainkan manifestasi dari cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Selama dua nilai ini dijaga, pesantren akan terus menjadi sumber cahaya  tempat lahirnya insan-insan berilmu dan berhati bersih, yang kelak akan menebarkan rahmat ke seluruh alam.

Oleh : Oleh: Ahmad Dahlan (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)

Editor : Siti Aniqotussolehah

REKOMENDASI >