Sekarang,
Harus dengan apa tawa itu kembali kulihat?
harus dengan apa keluh itu kembali kudengar?
Kupikir..
selesai adalah hal paling melegakan saat itu
Ternyata,
selesai justru berbalik menyesakkan saat ini
Aku ingat dulu,
Ketika excited masih mengisi masing-masing dari jiwa kita
Semua hal terasa begitu menarik,
mengasyikkan, menghebohkan
sehingga matapun rasanya tak pernah bosan untuk memperhatikan
pernah saat itu,
ketika kita sama-sama tak tahu apa-apa
kau bertanya padaku tentang sesuatu
tentang apa yang sebenarnya tak pernah kau suka
dibalik keterbatasan,
kujawab satu persatu pertanyaanmu
ini, itu, begini, begitu
semuanya terbalas tatapan ingin tahu
hingga tiba masa..
dimana semuanya berubah penuh irama
celah dibedah untuk melepas lelah
opsi A tidak bisa,
opsi B datang menyusulnya
terus menerus begitu
seperti tiada hari tanpa keluh dan perdebatan
Tapi anehnya..
Bukan malah beralih retak
Kita Justru berbalik rekat satu sama lainnya
hingga kata, kadang terucap tanpa etika
menyusul canda
juga seringkali melebihi batasnya
dan beberapa hal yang tak didapat temannya
aku menjadi deretan orang spesial yang bisa memperolehnya
bangga bukan?
Hahaha..
Begitu hangat, manis dan indah
Hingga membiusku pada keadaan sekarang
dimana pertemuan sudah tak memiliki alasan lagi untuk diagendakan
mau apa?
Job?
Rapat?
Syukuran ulang tahun?
Semuanya sudah berakhir!
terbeku dalam kotakan foto galeri ponselmu
aku tak tahu sekarang harus menyesal atau bersyukur
karena ketika hendak menyesal,
aku teringat meriah bahagianya temu hari itu
dan ketika hendak bersyukur,
aku merasa sakit karena tak bisa merasakan lagi hangatnya kebersamaan
entahlah,
barangkali ini masih teka-teki.
Pesan:
Apa yang sedang kau jalani, tak perlu berharap untuk berlalu cepat. Susah senang darinya adalah warna perjalanan. Nikmatilah! karena suatu saat, diantara hal-hal yang paling kau rindukan, adalah apa yang seringkali kau keluhkan.
Oleh: Muhammad Nurul Amin (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo



















