Peringatan Maulid Nabi setiap tahun selalu menjadi momentum penting bagi umat Islam. Lebih dari sekadar tradisi, Maulid sejatinya merupakan ungkapan rasa syukur karena Allah SWT telah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi semesta alam. Dalam peringatan ini, kita diajak untuk tidak hanya mengenang kelahiran beliau, tetapi juga merenungkan kembali ajaran dan teladan hidup yang diwariskan.
Di momen peringatan Maulid Nabi Muhammad pada Sabtu 13 September 2025, yang diselenggarakan Ponpes Darul Falah Besongo kolaborasi dengan warga Perumahan Bank Niaga, Dr. KH.Arja’ Imroni, M.Ag hadir menyampaikan empat pesan yang relevan dengan kehidupan. Beliau membuka dengan pesan pertama tentang syukur, menekankan bahwa rasa syukur tidak boleh berhenti di bibir, melainkan harus nyata dalam perilaku sehari-hari. Syukur tercermin ketika kita meneladani akhlak Rasulullah: kejujuran, kepedulian, dan kesederhanaan. “Syukur itu bukan berhenti di bibir, melainkan hidup di perilaku kita,” ujarnya, disambut anggukan para jamaah.
Pesan kedua, Dr. Arja’ menekankan bahwa syariat Islam adalah syariat yang mudah dan relevan sepanjang zaman. Keagungan syariat Nabi terletak pada kemampuannya beradaptasi dengan perkembangan tanpa kehilangan esensinya. Beliau mencontohkan, Islam menjaga martabat manusia dengan cara yang penuh rahmat—tidak mempermalukan, melainkan memberi peringatan batiniah agar hamba bisa memperbaiki diri. Pesan ini terasa kuat di era digital sekarang, ketika kesalahan seseorang mudah disebarkan tanpa ampun. Islam justru mengajarkan etika menjaga kehormatan, bukan membuka aib sesama.
Pesan ketiga, beliau mengingatkan pentingnya mengenal Rasulullah secara mendalam. Tanpa mengenal, mustahil lahir cinta sejati. Kepemimpinan Rasulullah dibangun atas dasar kasih sayang, bukan sekadar kuasa. Dr. Arja’ menyinggung kisah Nabi ke Thaif, saat beliau ditolak dan dilempari, tetapi tetap mendoakan kebaikan penduduknya. Dari sini kita belajar: jika Rasulullah saja sabar dan penuh kasih meski disakiti, mengapa kita mudah benci hanya karena beda pandangan?
Pesan keempat sekaligus penutup adalah nasihat untuk para santri dan mahasiswa. Menurut Dr. Arja’, khidmah atau pengabdian adalah kunci keberkahan hidup. Khidmah bukan sekadar menjalankan perintah guru, tetapi sebuah sikap adab yang mengikat ilmu dengan doa. “Jangan pernah hilang rasa hormat kepada guru, karena hilangnya adab berarti hilangnya barokah,” tegas beliau. Ilmu tanpa khidmah hanyalah hafalan kosong, sedangkan ilmu yang diiringi adab akan menjadi cahaya yang bermanfaat luas.
Dari keempat pesan ini, jelaslah bahwa Maulid Nabi bukan hanya peringatan sejarah, melainkan ruang refleksi. Kita diajak untuk bersyukur, menjaga kehormatan sesama, mencintai Rasulullah dengan mengenalnya lebih dalam, dan menumbuhkan adab dalam mencari ilmu. Semua itu bermuara pada satu hal: meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai sumber cahaya dan rahmat bagi kehidupan.
Oleh : Nur Muchammad Syafi (Santri Pondok Pesantren Darul Falah Besongo)
Editor: Siti Aniqotussolehah