Di tengah hiruk pikuk perayaan Tahun Baru Masehi yang sering kali dipenuhi euforia sesaat, umat Islam di seluruh dunia menyambut sebuah pergantian tahun yang sarat akan makna dan kekhusyukan. Momen ini bukan sekadar penambahan angka dalam penanggalan Islam, melainkan penanda peristiwa monumental dalam sejarah peradaban Islam. Tahun Baru Hijriah menjadi sebuah kesempatan untuk beresolusi, sekaligus menjadi ajang untuk refleksi dan intropeksi diri.
Sayangnya, di era kontemporer ini, pemaknaan Tahun Baru Hijriah sering kali hanya dijadikan sebagai seremonial saja, tanpa menggali nilai yang melekat pada peristiwa Hijrah itu sendiri. Banyak dari kita cenderung mengabaikan nilai-nilai fundamental seperti keberanian, pengorbanan, serta persatuan yang terkandung di dalamnya, padahal nilai-nilai tersebut sangat relevan untuk diaplikasikan di tengah tantangan kehidupan modern.
Peristiwa Hijrah Nabi sebagai Tonggak Sejarah Islam
Satu Muharam di peringati sebagai penanda Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang menjadi peristiwa besar dalam sejarah awal perkembangan islam. Momentum ini bertepatan pada tahun 622 M, dan menjadi tonggak hijrah yang mengubah arah peradaban islam. Perjalanan Hijrah ini bukanlah sekadar perpindahan geografis. Melainkan sebuah simbol keberanian, pengorbanan, dan keyakinan yang mendalam terhadap kebenaran.
Sebelum hijrah, Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya harus menghadapi permusuhan dan penindasan dari kaum kafir Quraisy terhadap ajaran Islam yang dibawanya Ketika berada di Makkah. Para sahabat rela meninggalkan harta benda, keluarga, dan kampung halaman demi mempertahankan iman mereka. Setelah belasan tahun berdakwah dengan gigih, serta menghadapi penolakan dan ancaman, Allah SWT memerintahkan Rasulullah beserta para pengikutnya untuk berhijrah ke Yatsrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah Al-Munawwarah-kota yang bercahaya.
Di Madinah, babak baru sejarah Islam dimulai. Masyarakat yang beragam bersatu di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW, membangun sebuah komunitas yang berlandaskan nilai-nilai persaudaraan, keadilan, dan kasih sayang. Masjid pertama dibangun, menjadi pusat ibadah, pendidikan, dan musyawarah. Piagam Madinah lahir sebagai konstitusi pertama di dunia yang mengatur hak dan kewajiban seluruh warga negara, tanpa memandang suku maupun agama.
Peristiwa hijrah Nabi kemudian diabadikan sebagai penetapan awal kalender hijriah. Penetepatan kalender ini berawal dari pemikiran khalifah umar bin khatab tentang perumusan sistem penanggalan tetap untuk memenuhi kebutuhan umat Islam. Pada tahun 638 M, khalifah umar bin khatab mengumpulkan para sahabatnya untuk merumuskan kalender Islam setelah menerima surat dari Abu Musa Al- Asyari yang tidak ada tanggalnya. Kemudian Nabi dan juga para sahabat sepakat untuk menetapkan tahun hijrah nabi sebagai patokan awal Tahun Baru Hijriah.
Hakikat Hijrah dan Relevansinya bagi Muslim Kontemporer
Tahun Baru Hijriah, bukan hanya sekadar mengingat tanggal perpindahan. Ini adalah momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam peristiwa hijrah. Keberanian untuk meninggalkan zona nyaman demi kebenaran, pengorbanan demi keyakinan, persatuan dalam perbedaan, dan semangat membangun peradaban yang lebih baik. Lebih dari itu, Tahun Baru Hijriah mengajak kita untuk melakukan hijrah spiritual dalam kehidupan pribadi.
Point Pertama, hijrah dapat dimaknai dengan Meninggalkan kebiasaan buruk menuju perilaku yang lebih baik. Tahun Baru Hijriah dapat dijadikan sebagai momentum untuk intropeksi diri, dan merenungi kesalahan yang telah dilakukannya selama satu tahun. Sehingga menjadi seseorang yang lebih baik di masa mendatang, dengan meninggalkan segala perbuatan buruknya.
Point Kedua, hijrah juga artikan sebagai ajang untuk meningkatkan kualitas ibadah. Momentum isla dapat menjadi upaya bagi seseorang untuk lebih mendekatkan dirinya kepada allah, dan memperbaiki hubungan spiritualnya dengan allah. Dengan memperbaiki salat, memperbanyak zikir dan juga melakukan amal saleh.
Point ketiga, hijrah dapat dijadikan sebagai upaya untuk mempererat tali silaturahmi. Hal ini dapat menjadi momentum bagi seseorang untuk memperbaiki kehidupannya dengan sesama, dan menciptakan pondasi hubungan yang kuat seperti halnya yang di lakukan rasulullah ketika hijrah di madinah.
Mari kita jadikan momentum 1 Muharram ini bukan hanya sebagai perayaan seremonial semata, tetapi sebagai panggilan untuk meneladani semangat Hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat. Semangat untuk terus bergerak menuju kebaikan, sekecil apa pun langkahnya. Karena sesungguhnya, setiap hijrah yang kita lakukan dengan niat tulus akan membawa perubahan positif, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar. Tahun Baru Hijriah adalah pengingat abadi bahwa perubahan adalah keniscayaan, dan dengan keyakinan serta persatuan, kita dapat meraih kemenangan dan keberkahan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Selamat Tahun Baru Hijriah 1447 H, semoga semangat hijrah senantiasa membimbing langkah kita.
Oleh: Ifatul Hikmiah (Santri Darul Falah Besongo)
Editor : Siti Aniqotussolehah